Jumat, Desember 18, 2009

Perjamuan Air Mata (2)

Begitulah, nyata kedalaman cinta Tita terhadap Andi. Keberduan mereka ternyata setia diintip rembulan yang mulai meyingsingkan jubahnya perlahan, rupanya sang rembulan sedang mempersiapkan dirinya menjadi purnama, yang diharapkan mampu menebarkan kehangatan sinarnya.

Sejenak kemudian Andi berujar, “Engkau kini adalah kekasihku yang berangkat dari kehausan jiwa mengapung, dan purnama malam inilah yang telah menyaksikan keharuman cinta kita. Takkan aku biarkan mentari merongrong kelembutan cintaku dan cintamu. Mulai hari ini pertautan kasih kita takkan pernah kulepaskan hingga jiwa-jiwa kita dipanggil kembali oleh yang maha pemberi cinta. Aku harap engkau ikhlas menaungi kehidupan dan keberduaan kita hanya dengan sari madu lebah termanis sepanjang abad ini.”

Begitu lekatnya pertauatan cinta mereka hingga air laut dan ombak pantai pun bungkam tak sanggup mengomentari perasaan yang membalut keduanya. Malam sangat riang menapaki perjalanannya sambil menyebarkan semilir angin bersahaja mengelilingi perbukuitan kaki, di mana bebilik Tita singgah patri di pelatarannya. Dari situ seluruh keajaiban dunia seolah terlihat dengan jelas tanpa samar sedikitpun termasuk suara derai ombak yang menyapu kerang-kerang kecil di pantai.

Gemercik embun lirih membasahi dedaunan yang bergembira karena kemudaanya tersiram kesejukan yang siap mereka hantarkan nanti, pada kebutaan pagi, sejuk merenangi hamparan tanah yang sepertinya menghasrat kelembutan tetesan mega menggantung dari puri-puri lelangitan bersama temali bintang-bintangnya. Langit biru menyempurnakan malam yang damai itu, selaiknya mendukung keharmonisan kasih sayang antara Andi dengan Tita.

Tak sekedar bulan berlalu, berganti, enam purnama telah dilewati Andi dan Tita dengan kelezatan manis madu cinta mereka. Keduanya semakin menyatu dalam bingkai kasih tulus.

Andi membelai halus hitamnya rambut Tita seraya mengucap kata, “Persuaan rindu ini takkan pernah habis walau engkau kelak dipanggil yang maha kuasa. Akan selalu terkenang kerelaan cinta yang telah engkau pasrahkan semuanya untukku. Dan aku tak akan menghianati kesetiaan cinta yang selama ini engkau persembahkan. Kekasihku kaulah hidup yang sebenarnya kehidupan cinta, tiada terpupus bara taufan sekalipun.”

Tita yang dibelainya hanya terdiam terpaku, karena kesakitan mengelupasi rongga kehidupannya, sedikit demi sedikit parasnya memucat, sementara garis-garis kecantikannya masih nampak jelas tergurat mesra di peraduan wajahnya.

Senja kala itu terasa begitu lelap, menghantarkan kehidupan yang sementara, melambungkan ketakuatan-ketakutan akan bayang perpisahan. Hanya Andi yang merasakan kelembaban semilir angannya. Di pembaringan bebilik itu terlunglai Tita yang lemah, bertarung dengan kematian yang sedang menyapanya beringas.

Tak terelakkan kata-katanya melegam. Kepada Andi ia bertutur berat, “Maafkan aku kekasih, aku tak mungkin mampu menemanimu terus selamanya. Kehidupan kita akan terpisah seiring datangnya purnama ketujuh nanti malam. Ketakmampuan diriku ini janganlah engkau nisbikan dalam kedukaan yang panjang, karena memang selayaknya kehidupan akan berlangsung dan akan memisahkan dirinya sendiri, tatkala waktu penghabisannya telah tiba, kini saatnya bagiku menguntai cintamu, tapi aku tak sanggup mengecupnya. Jagalah dirimu dan cintamu, selalu dalam keadaan putih suci. Maafkan akau kekasih, bila mana perjamuan purnama kita tergenang air mata.”

Sekejap kemudian suasana bertambah semakin lengang, sunyi senyap, sepi, dingin, seakan tak ada perapian yang mampu menghangatkan bebilik cinta itu. Andi tak kuasa berkata-kata, hanya ditatapnya wajah kekasihnya yang diam, terbisu, meski dirautnya masih nampak tergurat senyum untuknya, namun senyum yang getir. Kepedihan harus merelakan kerinduan terbang, terbawa, akan terkubur pusara merah. Tak secuil cakap pun mengalir, meski sedesah. Mata Andi berkaca berkilatan emas, yang sesaat kemudian tertitik kesejatian cintanya mengalir, menetes, menyentuh bibir bisu Tita, seakan air matanya hendak merayapi kerongkongan Tita yang mendahaga kesejukan cinta.

Bathinnya berbisik lirih, “Seandainya engkau tak pergi secepat ini, mungkin keberduaan kita akan selalu dipenuhi keriangan, keniscayaan. Engkau akan selalu di hatiku kekasih, takkan padam bara suci cintamu di hatiku, hingga mungkin akan aku biarkan saja perjamuan air mata purnama ini kekasih.”

Perjamuan Air Mata (1)

Semenjak perpisahannya dengan Yanti anggrek yang memekarkan malam purnama valentine. Andi kembali mengarungi titian malamnya dengan berbagai perasaan kemarung sepi.kesenyapan batin yang merogoh angan lakunya menjadi padang rumput yang gersang tersambar kemarau gurun berkepanjangan. Musim seminya telah hangus dimakan bukit air mata yang digunduli penebang liar, penebang yang merobohkan kekuatan cinta,membakar salju rindu, menenggelamkan impian-impian nirwananya.

Air sungai yang mengalirkan seribu cinta, kering digerogoti pusara-pusara nafsu keinginan manusia yang congkak untuk memiliki desiran yang mempesona, memikat kesedihan nyanyian yang menguning dihempas angin dari utara. Bunga-bunga layu sebelum berkembangnya, putiknya berkafan tangisan musim dingin. Hari-harinya adalah kesengsaraan rindu yang membuka mulut nestapa-nestapa riak berkerut kebisuan kalbu mimpi. Gelak tawa bunga-bunga di taman halaman kerinduannya semakin mengiris perih jantungnya, jiwanya berontak.

“Aku harus keluar dari kungkungan ini, mendobrak maya kehidupan, melupakan mimpi yang selalu menghantuiku, mengubur dalam-dalam fase cinta yang memuakkan itu. Dan aku harus kembali berlari mencari sejatinya cinta pada muara perempuan-perempuan yang senantiasa mengalirkan madu rindu ke tempurung romanku.”

Andi segera melangkah mengemasi perilaku benang yang telah dirajutnya sebagai lapisan kulit keduanya. Ia membawa beberapa helai pintalan biru untuk berbekal dalam pencarian pelabuhan hatinya. Jalanan yang berdebu dan penuh liku berbukit-bukit terus Andi jelajahi tanpa kenal lelah. Peluh keringat membasahi sekujur angannya yang gersang terhantam sengatan matahari yang tepat berada di puncak ubunnya. Ia tetap tak peduli meski jiwanya tertunduk lesu di atas bebatuan yang membongkah nelangsa fikirannya.

Ketika mentari mulai menggantungkan sinarnya di balik hamparan senja yang menorehkan wajah-wajah sendu nan penat, Andi menyandarkan tatapannya pada kejauhan anyaman bebilik yang tersusun mesra di tiang kedirian bumi. Di sana ada kehidupan terpantul, sayup-sayup desiran angin dari dalam anyaman bebilik mengalunkan suara kenyamanan.

Andi mendekat dan berusaha menguak harmoni kedamaian dari dalamnya. Ruangan itu mengalirkan udara kebersamaan, dari setiap ujung telinganya mencerminkan warna-warna wajah yang saling memahami bahasa jiwa. Atap-atapnya memancarkan cinta dan membanjiri kerinduan Andi yang sempat kering diperasi keegoan ragawi.

Sungguh sifat-sifat kemanusiaan melingkari kehidupan susunan dan kemesraan rongga anyaman pada kedalaman isi ruangan bebilik itu, Andi mengisyaratkan mata dan hidungnya di kesampingan tembok ruangan itu, menyimak nuraninya sendiri dalam memantapkan tekadnya untuk memohonkan diri menyusupi tujuan-tujuan jiwa mengapungnya, serta menoleh buat segala kebaikan yang akan merengkuhnya.

Beberapa lamanya Andi merasakan kehangatan hidup dari luar tatanan kesturi cinta. Andi mengetukkan jemarinya di atas lempengan daun pintu yang dilumuri kemafhuman kasih yang berangkat dari ketulusan dan keikhlasan. Sebentar kemudian nampaklah perempuan setengah baya menghampiri Andi, dan mempersilahkannya memasuki ruangan. Dalam kedirian yang sederhana dikelilingi bunga-bunga serta pepohonan, setiap sudutnya di penuhi kesejukan rindu yang mengalir dari semua celah kehidupannya. Andi meletakkan tubuhnya di bilik-bilik rajutan bambu hening.

Direbahkannya kelelahan yang kemarin, sembari menghirup udara kenyamanan dan melahap seluruh pandangan di sekelilingnya. Dari balik horden kamar terdepan menampaklah dua sintal perawan cantik membawa sebingkis senyuman manis menghampiri Andi, untuk memperkenalkan keelokan parasnya pada Andi. Kedua perawan itu adalah saudara sekandung yang salah satunya sebaya dengan Andi, dan yang satunya lagi beberapa tahun kedewasaan di atas Andi.

Malam bergulir dengan tenang, memerdekakan sayap-sayapnya dari ikatan siang yang melelehkan kepenatan dalam lingkup air mata yang telah menisbikan cerita silam. Andi berusaha membuang jauh seluruh bayangan-bayangan yang menakutkan dari masa lalunya, dan melelapkan setiap jengkal kelopak matanya untuk mengusung mimpi-mimpi indah. Malam tak bertingkah aneh-aneh, Andi merasakan ketentraman tubuhnya di atas pembaringan tidurnya. Rembulan melihat tidurnya penuh dengan kenyenyakan yang dikelilingi oleh taman gairah kehidupan.

Dalam tidurnya Andi bermimpi menyaksikan berbagai keindahan, ia memandang sebuah rumah besar layaknya istana raja yang dihiasi lukisan-lukisan dinding dan patung-patung cinta. Di sekitarnya bertebaran taman bunga yang senantiasa dihinggapi lebah-lebah penghasil madu manis sebuah kerinduan.

Kemudian ia juga menatap rumah mungil dengan halaman yang luas dengan jalan setapak yang indah, menggambarkan resapan legit dan halusnya tutur rancang bahasa, seperti puisi yang menggabungkan irama sajak dengan keluasan arti.

Kebahagiaan malam berlangsung begitu damai melewati puri-puri bintang malam rembulan yang menyongsong fajar. Alam mencurahi perasaannya kepada pagi, dan gegaungan adzan yang melambangkan titah bibir Tuhan pada ummat manusia untuk menyibak hari dengan ketaatan.

Andi menghadapkan wajahnya ke arah suara nyanyian subuh untuk kemudian melaksanakan kewajiban atas nama penciptanya. Jiwanya dibangunkan oleh cahaya yang menyinari batinnya. Andi memunguti lidah kesunyian nirwana, meski kelaparan mencengkram dan menggerogoti tulang rusuknya, namun itu semua dilaluinya dengan penuh kekhusyukan. Pikirannya telah terbusana dengan sutra, dan setiap jemarinya dihiasi permata berharga yang hanya ia sanggup dapatkan dari kerelaan atas Tuhannya.

Pagi yang menyejukkan mata terpantulkan melalui warna-warna dan garis embun. Andi meneropongkan pandangannya keluar jendela, menerobos langit yang masih dihiasi bintang-bintang yang sedang berusaha berlari-lari menyumputkan tubuhnya dari kerlipan matahari.

Sejenak jiwanya hening sebelum sentuhan udara hangat membelai lamunan jendela persinggahannya. Didengarnya sapaan halus menderai renyah pada indera pendengaran Andi. Sesaat kemudian Andi menoleh ke arah muasal sapaan halus itu, dikembangkannya senyuman ke arah perawan di depannya, seperti senyuman pangeran menguntai wangi seorang putri tercantik. Perawan pun menyambutnya dengan semburat semu kekuningan pipinya, sembari mendekatkan dirinya pada Andi, ia lontarkan kembali senyum serta uraian ombak rambut temarumnya.

Setelah perawan tersebut duduk di sisi Andi, mulailah percakapan hangat antara keduanya. “Engkau terlahir begitu mempesona, biar rembulan bergabung dengan bebintangan, sinarnya takkan mampu menandingi kebeningan cintamu. Apakah engkau menghasrat cinta? Selayaknya aku ini menjelma sebagai insan yang berkelana sendiri, bertudung kesunyian yang membalut setiap pembuluh rindu. Apakah engkau hendak mengantarkan pendulum rindumu, menghadirkannya untuk diriku? Andaikan benar yang engkau hasrat adalah romanku, maka benarlah penyatuan antara diriku dan dirimu, segera membentuk gugusan prosa, laiknya cerita pertemuan Adam-Hawa di bukit ‘Arafah.”

Tita (nama perawan di sisi Andi tersebut) terdiam sejenak, merasakan seolah kehidupannya mengalir bersama-sama derai air sungai yang menuju melalui muara sebelum pertemuannya kembali di hamparan laut terluas.

Tita mulai memintal kata-katanya, “Aku adalah kesendirian yang terpatung di kedalaman senja, redup sinarnya. Aku telah terbata pada riak angin, di situlah persuaanku menepi perlahan, mendamparkan jiwaku di seonggok sunyi. Bila engkau hadir untuk membelah sepiku, akan aku sambut mentarimu dengan nyanyian pagiku, karena jauh sebelumnya, sebenarnya akulah yang terlebih dahulu mendamba segala eposmu.”

Pergenangan siangpun tak terasa telah berlari surut menyusu ke pematangannya. Sebelum senja lindap kembali, Tita mengajak Andi untuk bersua dan bercengkrama, menabirkan angin di pelataran.

Tita mendesahkan kepuitisannya, “Tertarikkah engkau terhadap alam yang terpantulkan keindahannya dari pusara air laut itu? Tidakkah engkau melihatnya itu sebagai anugerah Tuhan untuk setiap sudut tatapan mata kita? Seperti itulah kelahiran cintaku ini padamu, takkan lelah mengakasih, sepanjang zaman masih tetap menyembulkan nafas kehidupannya, aku akan selalu mencintaimu bersama rangkaian sukmaku.”

Senin, Oktober 26, 2009

Jangan Meremehkan Otak Tempe!


“Kenapa sih suka banget sama tempe?”… Begitulah pertama kali istri saya menanyakan pada saya, mengenai makanan favorit. Maklum waktu itu kami baru saja menikah sehingga istri saya belum mengetahui apa saja makan favorit saya. Kebetulan cara pernikahan kami tanpa proses yang panjang dan rumit. Pernikahan kami sederhana saja. Dipertemukan oleh kedua orang tua, saling berkenalan, saling suka dan menerima, dua hari kemudian kami langsung ijab qobul di depan penghulu, wali dan para saksi, dan resmilah kami menikah. Jadi seperti cerita Siti Nurbaya ya?…tapi yang ini tanpa paksaan koq, semuanya bisa saling menerima, ya mungkin lebih mirip skenario film Ayat-ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih. Ada yang belum menonton?…sebaiknya yang belum menonton bisa segera nonton, banyak pelajaran yang bisa diambil. Bukan promosi lho ya…

Akan tetapi saya bukan hendak menceritakan pernikahan kami lho…Saya hanya berkeinginan, bercerita dan sharing soal menu makanan. Ya termasuk tempe itu. Tempe merupakan makanan favorit saya, yang setiap hari hukumnya wajib ada dalam setiap menu yang dihidangkan. Apapun lauk utamanya, tempe pelengkapnya. Tanpa tempe, sepertinya menu makanan yang seenak apapun sepertinya hambar. Itu sepertinya sudah terpatri dalam otak saya kalau berbicara soal menu makanan.

Sekarang mari kita selidiki, apa saja sih kandungan yang terdapat dalam sebuah tempe. Simak baik-baik ya…

Di dalam sebuah tempe terdapat nilai gizi seperti kadar vitamin B2, vitamin B12, niasin, dan asam pantorenat. Bahkan hasil analisis, gizi tempe menunjukkan kandungan niasin sebesar 1.13 mg/100 gram berat tempe yang dapat dimakan. Kandungan ini meningkat kurang lebih 2 kali lipat setelah kedelai difermentasi menjadi tempe. Kandungan nilai gizi tempe juga jauh lebih baik dibandingkan kedelai biasa. Kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi 24 kali lipat. Nilai serat, vitamin B kompleks, efisiensi protein, dan nilai asam lemak bebasnya juga lebih baik. Kadar zat besinya tinggi, yaitu 4 mg/100 gram.

Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam tempe sangatlah tinggi. Tempe dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan asam amino, seperti tryptophan, threonin, isolusin, valin, dan histidin. Tempe juga mengandung vitamin B12.

Keunggulan yang dikandung dalam tempe adalah sebagai berikut:

  • Sumber antioksidan yang mengandung isoflavon aglikon sebagai pencegah kanker.
  • Hipokolesterolemik, menurunkan lipid atau lemak dalam darah.
  • Sumber vitamin B.
  • Mengandung vitamin B12. Vitamin tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani tapi tidak dijumpai pada makanan nabati, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
  • Mengandung delapan macam asam amino esensial dan asam lemak tidak jenuh.
  • Mengandung serat tinggi.
  • Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.
  • Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.
  • Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun degeneratif.
  • Mencegah timbulnya hipertensi.
  • Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.
  • Mudah dicerna oleh semua kelompok umur, dari bayi sampai usia lanjut.

Masih banyak juga manfaat yang dapat diperoleh dari mengkonsumsi tempe, salah satunya untuk wanita. Ternyata tempe yang kaya akan isoflavon ini terbukti mampu menghambat proses penuaan dini khususnya untuk wanita menjelang masa menopouse.

Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan penuaan (aging).

Hal ini diperkuat dengan riset yang dilakukan staf pengajar Fakultas Kedokteran Undip Semarang, Dr dr Prasetyowati SpKK yang menguji sekitar 30 responden wanita yang diminta mengkonsumsi kapsul berisi ekstrak isoflavon kedelai tempe selama tiga bulan.

Menurut Prasetyowati hormon ekstrogen dalam isoflavon kedelai bisa menghambat penuaan. Selain itu mengonsumsi kedelai untuk menjaga kecantikan selain murah juga aman, dibanding bahan kimiawi yang menjanjikan hasil cepat namun beresiko. Dari hasil yang dicatat, ternyata kulit wanita mengkonsumsi kapsul berisi ekstrak isoflavon kedelai tempe selama tiga bulan lebih kenyal dibandingkan dengan responden yang tidak diberi ekstrak isoflavon.

Masih menurut Prasetyowati, wanita paruh baya setiap harinya paling tidak membutuhkan 50-100 miligram isoflavon. Bila setiap 60 gram tempe mengandung 10 mg isoflavon, maka perempuan pada usia senja harus lebih banyak mengonsumsi tahu dan tempe.

Tempe yang mengandung isoflavon bukan hanya berguna bagi wanita, sekaligus bisa juga mencegah kanker prostat pada pria. Jadi, wanita dan pria yang memasuki usia 40 tahuan, disarankan lebih banyak makan tahu dan tempe yang kaya akan isoflavon.

Jika kita mengonsumsi tempe setiap hari, hal itu dapat memenuhi 62% protein yang dibutuhkan oleh tubuh, 35% riboflavin, 34% magnesium, 108% mangan, dan 46% tembaga. Selain itu, tempe hanya mengandung 3,7 gram lemak jenuh dan kurang dari 329 kilo kalori.

So, sudahkah anda mengkonsumsi tempe hari ini?…kalau belum, mari makan siang bersama saya. Dan hidangannya tentu saja TEMPE.

Sabtu, Oktober 24, 2009

Apakah Customer Boleh Tidak Membayar?

“Tolong sampaikan pada IM2, perusahaan tempat anda bekerja, apakah saya layak membayar layanan yang tidak dapat saya nikmati layanannya?… Setiap hari browsing 1 Tab saja tidak mampu, sementara IM2 meminta bayaran Rp. 176.000 per bulan. Apa ini namanya kalau bukan ‘…’ (anda tahu arti titik-titik itu)?…” Kira-kira itulah pesan singkat yang saya sampaikan kepada customer service IM2.

Mungkin sebenarnya apa yang saya tulis di sini lebih layak masuk ke dalam kelompok surat pembaca. Tapi saya pikir tak apalah dan tidak ada salahnya jika saya memasukkannya ke dalam blog kompasiana ini. Karena kalau tujuannya adalah ingin dibaca oleh banyak orang dan bisa tersampaikan pesan di dalamnya (terutama pada perusahaan yang bersangkutan), kompasiana merupakan salah satu wadah yang tepat untuk menyampaikan pesan atau surat terbuka ini.

Dunia internet atau lebih familiar orang mungkin menyebutnya dengan dunia maya adalah salah satu kebutuhan yang saat ini termasuk ke dalam kebutuhan primer. Dulu internet sangat sulit untuk didapat dan dinikmati secara luas dan bebas oleh setiap lapisan masyarakat. Dulu juga hanya orang yang mampu dan yang berkantong tebal saja yang dapat menikmati layanan internet. Dulu lagi hanya orang yang melek teknologi saja yang bisa mengaksesnya. Betapa tidak, lha wong masih susah mengoperasikannya toh.

Sekarang internet itu menjadi kebutuhan dasar setiap orang yang haus akan informasi yang up to date. Termasuk saya adalah yang kesehariannya tidak bisa terlepas dari kebutuhan jasa layanan internet. Pekerjaan menuntut sebagian besar aktifitas saya untuk on line. Untuk memenuhi kebutuhan on line tersebut, maka di kantor saya memasang dan menggunakan jasa layanan internet speedy paket office unlimited. Speedy dikenal lebih cepat dan lebih stabil, karena menggunakan optic serat kabel.

Akan tetapi saya juga membutuhkan layanan yang mempunyai fleksibelitas yang tinggi. Mensiasati kebutuhan yang sering on line dan dipadukan dengan kegiatan yang mobile, saya membutuhkan jasa layanan internet wireless. Wireless sangat fleksibel dan mudah dibawa kemana-kemana. Cukup dengan mengantongi modem yang besarnya tidak lebih dari bungkus korek api, selesailah masalah ribet ini menjadi praktis.

Banyak pilihan provider yang siap menyediakan layanan internet mobile. Aktifitas yang padat dan akses internet yang banyak tidak cukup bila menggunakan jasa layanan internet yang limited. Karena layanan internet yang limited yang berbasis pada kuota atau time base, dengan penggunaan yang relative lama dan banyak akan mengalami kerugian bagi saya, terutama dalam hal pembiayaan.

Solusinya adalah dengan menggunakan jasa layanan internet yang unlimited. Sekarang ini cukup banyak provider yang menyediakan layanan internet unlimited. Sebagai konsumen, wajar dong kalau saya memili-milih yang cepat aksesnya dan murah pula harganya tentu.

Pertama kali saya menggunakan Telkom Flexi. Pada awalnya layanan internet Flexi cukup memuaskan. Seiring dengan layanan yang cukup murah dan baik, rupanya banyak pengguna internet yang tertarik untuk menggunakannya. Setelah sekian lama banyak pelanggan yang menggunakan Flexi, masalah kecepatan akses menjadi terbengkalai. Telkom Fleksi rupanya tidak mau begitu saja menambah bandwichnya. Inilah sumber kekecewaan saya yang pertama. Untuk membuka email saja, butuh waktu yang sangat lama. Mungkin jika harus makan, tiduran sejenak, akses belum beres terbuka apalagi untuk membuka browsing lainnya. Wah…mungkin setengah “mampus” deh….

Kemudian saya pun memutuskan beralih ke jaringan GSM. Saya memilih IM2. Saya memulai langganan per tanggal 21 Oktober 2009 kemarin. Paket unlimited yang saya gunakan adalah IM2 pasca bayar. Dengan sistem berlangganan, awalnya saya berharap mendapatkan layanan internet yang memuaskan. Tapi apa boleh buat, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Mungkin pepatah ini sangat tepat digunakan untuk mengomentari jaringan internet yang saya pakai.

Ketika pertama kali aktivasi, sudah keliatan lemotnya, tapi saya pikir masih wajar karena di jam sibuk dan tidak terlampau lama untuk menunggu. Namun kejadian ini berulang, bahkan yang lebih ‘mengerikan’ lagi tidak dapat terconnect. Kemudian saya kirim pesan singkat pada customer service yang melayani saya dalam melakukan aktivasi IM2 siang hari sebelumnya. Intinya saya menanyakan kenapa tidak dapat terconnect, padahal setting tidak ada yang dirubah dan sebelumnya bisa terconnect, meski lemot.

Jawaban singkat yang saya terima dari customer service tersebut pada mulanya saya memaklumi. Dengan alasan sedang ada perbaikan jaringan 3G katanya. Maklum saya sekarang tinggal di Bandar Lampur yang belum terdapat jaringan 3G, dan sekarang sedang dipersiapkan. Akan tetapi setelah 3 hari ini saya tidak bisa menikmati layanan tersebut, bahkan di malam (sekita pukul 19 s/d 22) hari saya 100% tidak dapat mengaksesnya. Kembali saya maklum. Tapi ketika pagi, siang, sore, saya tidak membuka browsing walau hanya sekedar email, rasa jengkel ini rasanya menggunung. Apakah saya layak membayar layanan yang tidak dapat saya nikmati layanannya?

Mungkin bagi teman-teman kompasiana yang lebih mengerti tentang hukum dan UU konsemen dapat memberikan masukkannya kepada saya. Apakah berhak seorang konsumen mencabut kembali perjanjian yang sudah disepakati, karena kesalahan bukan pada konsumen. Saya sudah menyampaikan keluhan ini kepada customer service IM2, tapi tidak ada tanggapan. Jadi pertanyaanya sekali lagi, Apakah Customer Boleh Tidak Membayar Layanan Yang Tidak Dapat DiNikmati Layanannya?…

Jumat, Oktober 23, 2009

Nila Gagal Menjadi Menteri Gara-Gara Rokok?


Berita dan isu mengenai kegagalan calon Menteri Kesehatan, Nila Juwita Alfansa Farid Moeloek terus berkembang. Di Metro TV pun, dalam acara yang selalu ditayangkan pagi-pagi dalam bedah editorial Media Indonesia, banyak penelpon yang berkomentar dan mempertanyakan macam-macam mengenai kegagalan Nila untuk menjadi Menteri Kesehatan tersebut.

Sedikit mengulas bedah editorial Media Indonesia di Metro TV. Disebutkan bahwa Nila adalah seorang guru besar UI dan dokter spesialis dokter mata yang sudah berpengalaman sebagai dokter yang prakter dan terjun langsung di lapangan. Juga sebagai seorang guru besar. Nila sudah sangat terbiasa dengan besarnya tekanan yang dihadapinya setiap kali berkecimpung di dunianya. Dan selama ini pula Nila selalu bisa mengatasi berbagai masalah dengan baik. Jadi apabila alasannya adalah Nila kemungkinan tidak tahan terhadap tekanan dan stress, saya pikir adalah argumentasi yang perlu dibuktikan terlebih dahulu.

Banyak hal yang bisa ditempuh oleh SBY sebagai Presiden untuk membuktikan kegagalan Nila menjadi Menteri Kesehatan. Salah satu dengan membuktikan hasil jejak rekam medis yang sudah dilalui Nila. Mempertegas status Nila, menerangkan persyaratan apa yang gagal ditempuhnya.

Pencitraan yang demikian terhadap ketidaktahanan seseorang yang dicalonkan sebagai seorang Menteri dalam mengelola stess adalah sangat absurd. Tentunya Presiden SBY sudah mengetahui banyak tentang latar belakang orang-orang yang akan dicalonkan sebagai pembantunya tersebut. Maka satu hal yang muskil apabila dikatakan Nila orang yang tidak tahan stress.

Setidaknya ini adalah penilaian yang dilatar belakangi dari aktifitas yang dilakukan oleh Nila sehari-hari. Sebagai seorang guru besar. Penggiat Dharma Wanita dan lain-lain.

Muncul dugaan lain, bahwa kegalalan Nila menjadi Menteri Kesehatan adalah karena factor X. Misalnya tekanan asing terhadap SBY. Faktor tekanan dari pengusaha rokok. Kita ketahui bersama suami dari Nila adalah Farid Moeloek, seorang mantan Menteri Kesehatan. Sekarang ini Farid aktif dalam kegiatan pengendalian tembakau dan rokok. Disinyalir apabila Nila menjadi Menteri Kesehatan, maka Nila akan diberlakukan kebijakan yang ketat terhadap tembakau dan rokok.

Ada juga faktor lain yang diperkirakan SBY lebih memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia bersatu jilid 2 ini. Salah satunya adalah kedekatan Endang dengan Namru (Naval Medical Reseach Unit Two). Dengan terpilihnya Endang SBY dapat menghindari tekanan besar dari Amerika.

Untuk membuktikan kapasitas dan kapabilitas Endang sebagai Menteri Kesehatan, minggu depan Komisi IX DPR direncanakan akan memanggil Menkes.

Menurut Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning, "Agenda kita pertama sengaja kita akan panggil mitra kerja kita menkes baru minggu depan, mungkin hari Senin. Kita akan uji kualitasnya bagaimana. Kita akan melihat visi-misinya tentang kesehatan, rakyat miskin. Kalau dia bisa membikin rakyat miskin tidak lagi ditolak di rumah sakit, baru jago. Harus bisa melaksanakan amanat UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit. Kalau bisa program Siti Fadilah (Menkes sebelumnya) juga bisa diteruskan,"

Ribka berharap Menkes dapat melaksanakan amanat beberapa Undang-undang yang dikawal Komisi IX DPR sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan semangat DPR menyamakan hak masyarakat atas pelayanan kesehatan.

Sekarang mari kita lihat, apakah SBY berani mengungkapkan hal-hal yang dapat dibuktikan secara fakta, apa saja yang mengganjal Nila sebagai calon Menteri Kesehatan. Dan apakah Endang sebagai Menteri Kesehatan yang baru dapat lebih baik kinerjanya dari Menteri sebelumnya Siti Fadilah Supari.

So, we wait and see...and do your job with your best! Wahai Menteri Kesehatan yang baru.

Link 1; 2; 3

Berbuat dan Berusaha Itu Gampang


"Membuka usaha itu gampang", kata seorang teman berbicara sama saya. Saya sering dan selalu berpikir apa iya membuka usaha sendiri itu segampang yang diomongkannya itu?.

Ternyata tidak. Tidak segampang yang orang-orang bilang. Bayak hal yang harus dipersiapkan untuk memulai suatu usaha baru tersebut. Banyak energi yang terkuras untuk menyiapkan segala sesuatu tentang usaha itu. Pengalaman dibutuhkan. Keahlian diutamakan. Kerja keras diharuskan. Dukungan pendanaan pun harus turut dipersiapkan untuk kelancaran operasional usaha tersebut, baik pada saat akan memulai maupun ketika sudah berjalan.

Bagi orang yang dengan dana yang cekak, atau bahkan sama sekali tidak punya, ada cara lain yang bisa dilakukan. Apa saja?...tentunya banyak. Tapi tidak semua hal itu akan dituliskan di sini. Salah satunya yang sederhana tetapi sulit adalah kepercayaan dari sang pemilik modal.

Kita bisa saja mengelola usaha dengan bantuan modal orang lain. Tapi tidak semua orang yang punya modal bersedia menyerahkan modalnya begitu saja kepada kita untuk mengurusnya. Tentu prasyarat yang harus kita miliki adalah dikenal atau mengenal terlebih dahulu sang pemilik modal tersebut.

Apabila kita sudah dikenal dan lebih baik lagi kalau kita mengenal secara dekat sang pemilik modal, akan lebih mudah bagi kita untuk memulai usaha yang kita inginkan. Pemilik modal tentunya perlu tahu apa pengalaman kita. Apa keahlian kita. Sehingga modal yang ditanamkan tidak menguap begitu saja. Ini adalah salah satu faktor penting sehingga orang bisa menaruh kepercayaan bagi kita.

Pengalaman untuk membuka usaha sangat penting, sesuai dengan bidang usaha yang akan dibangun. Keahlian untuk mengelola usaha juga tentunya wajib dimiliki oleh orang yang akan mengembangkan bidang usahanya.

Bagaimana cara mendapatkan kepercayaan dan keahlian tersebut?...Saya sendiri sebagai pribadi adalah orang yang sudah cukup lama, lebih dari sepuluh tahun bergelut di dunia retail (Supermarket) mencoba sedikit berbagi. Cara yang harus saya tempuh untuk mendapatkan kepercayaan dari pemilik modal adalah bekerja dengan sepenuh hati, berdedikasi serta berloyalitas tinggi terhadap segala bentuk pekerjaan saya.

Di manapun dan untuk perusahaan apapun saya bekerja, sepenuh hati, berdedikasi serta berloyalitas tinggi terhadap suatu bidang pekerjaan adalah mutlak diperlukan. Inilah cara yang harus saya tunjukkan. Dengan lamanya waktu dan pengalaman dalam mendalami suatu bidang pekerjaan, maka dengan sendirinya keahlian pun akan terbentuk.

Sesuatu yang lain lagi yang wajib kita tunjukkan dalam bidang pekerjaan yang kita geluti adalah PRESTASI. Ya berprestasi dalam setiap hal yang kita kerjaan adalah kepatutan yang harus kita raih. Karena dengan prestasi, orang akan melihat dan tertarik untuk bekerjasama dengan kita.

Dengan demikian, tanpa kita harus meminta modal, sang pemilik modal akan dengan hati mempercayakan modalnya untuk dikelola sama kita.

Semoga lebih banyak lagi pemuda-pemuda Indonesia yang bermental Entrepreneur sejati. Dan semoga pemikiran untuk menjadi PNS pun bisa dikurangi, karena bagaimanapun juga PNS membebani keuangan Negara.

Negara yang maju perekonomiannya adalah Negara yang dipenuhi dengan Entrepreneur-entrepreneur sejati yang sukses.

Salam Sukses, salam kompasiana.

Kamis, Oktober 15, 2009

Poligami Nabi Muhammad SAW

Pernah suatu kali saya mempostingkan sebuah tulisan mengenai “Berita Kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an dan Al-Kitab”. infonya dapat diklik di sini http://public.kompasiana.com/2009/10/14/poligami-nabi-muhammad-saw/

Dan di salah satu kolom komentar ada Mas Riza Hilmi yang mempertanyakan beberapa hal tentang apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Beberapa pertanyaan tersebut seperti ini :

1. Kenapa Nabi Muhammad Istrinya banyak ?
2. Kenapa Nabi menikahi gadis yang belum cukup umur?
3. Apakah Nabi seorang pedofil?

Dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, saya harus dapat menjelaskan beberapa hal yang dipertanyakan Mas Riza Hilmi tersebut. Jawaban ini penting, karena saya pikir untuk menghindari persepsi yang keliru mengenai Nabi Muhammad SAW. Terutama yang hadirnya dari pemikiran orang muslim sendiri khususnya dan non muslim pada umumnya.

Nabi Muhammad SAW yang begitu mulia dan agungnya, wajib kita jaga kehormatannya, apalagi apabila kita sendiri sebagai orang yang mengaku ummatnya. Jawaban saya atas beberapa pertanyaan tersebut seperti di bawah ini :

1. Kenapa Nabi Muhammad Istrinya banyak ?…Karena untuk meluaskan jaringan dakwah islam (info lengkap baca Sirah Nabawiah) dan untuk membantu para janda yang sudah tua dan miskin, seperti kita ketahui istri Nabi Muhammad kebanyakan adalah janda kecuali Siti ‘Aisyah.

2. Kenapa Nabi menikahi gadis yang belum cukup umur?…hubungan Nabi dengan Abu Bakar demikian dekat, dan untuk merpererat ukhuwah islamiyah Abu Bakar menikahkan ‘Aisyah dengan Nabi. Dan dalam islam gadis yang sudah baligh, berapapun umurnya boleh dinikahi dan Nabi Muhammad ketika menggauli ‘Aisyah sudah baligh (pernah mens) meski baru berumur 9 tahun, kalau mas Riza rujukannya adalah UUD perkawinan tahun 1974, maka islam tidak pernah mengenal UUD perkawinan tersebut yang hanya di buat DPR Indonesia “yang korup dan jauh dari Islam yang Kaffah”, kalau kita menggunakan UUD tersebut hanya karena kita warga negara Indonesia.

3. Apakah Nabi seorang pedofil?…Silahkan Mas Riza baca kembali tarikh islam, baik yang ditulis oleh sejarahwan islam maupun non muslim, jika tulisannya obyektif maka tidak ada sedikitpun indikasi Nabi seorang pedofil, pedofil adalah istilah pencabulan terhadap anak-anak di bawah umur (laki-laki atau perempuan) dan Nabi tidak pernah melakukan pencabulan terhadap siapapun termasuk ‘Aisyah istrinya.

Mudah-mudahan ini sedikit menjawab pertanyaan Mas Riza, kalau belum puas silahkan cari referensi lain (sangat banyak referensi tentang Nabi Muhammad)

Semoga Allah SWT menghapus keraguan hati kita tentang kebenaran Islam serta memberikan petunjuk dan ketetapan yang baik kepada kita semua, Amin.

Minggu, Oktober 11, 2009

Biaya Kesehatan Akibat Rokok Rp. 180 Triliun

Pemerintah Indonesia dinilai telah terjebak serta tidak memiliki visi dan kepedulian untuk melindungi rakyatnya, terutama anak dan remaja, dari bahaya rokok. Pemerintah dinilai cenderung mengutamakan industri rokok ketimbang kesehatan rakyatnya.

Demikian diungkapkan Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau FA Moeloek dalam jumpa pers di Gedung Kebangkitan Nasional Stovia, Jakarta, Minggu (11/10). "Pemerintah telah terjebak serta tidak memiliki visi dan kepedulian untuk melindungi rakyatnya dari bahaya rokok," katanya.

Dalam roadmap industri rokok tahun 2007-2020 pemerintah, menurutnya, telah menargetkan peningkatan produksi rokok dari 220 miliar batang pada 2007 menjadi 240 miliar batang pada 2010 hingga 2015, dan terus meningkat menjadi 260 miliar batang pada 2015 hingga 2020.

Roadmap tersebut, menurutnya, bukan menolong kesehatan, tetapi justru menjerumuskan rakyat ke lembah kemiskinan, kebodohan, dan kehancuran masyarakat. "Dan, Indonesia menghabiskan Rp 180 triliun untuk biaya kesehatan akibat penyakit terkait tembakau atau 5,1 kali lipat pendapatan negara dari akibat cukai rokok," katanya.

Lebih lanjut, Moeloek mengungkapkan, konsumsi rokok di kalangan remaja di Indonesia telah mengalami peningkatan 144 persen dalam kurun waktu sembilan tahun (1995 hingga 2004). Berdasarkan hasil dari sebuah penelitian, sebanyak 99,7 persen anak-anak Indonesia ternyata melihat rokok dari iklan rokok di televisi, sedangkan 76,2 persen remaja melihat iklan rokok di koran dan majalah. "Lebih dari 70 persen anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung resiko penyakit akibat rokok. Maka itu, pemerintah perlu mengadakan larangan total iklan rokok," katanya.

* Sumber : http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/10/11/14075624/Wow..Biaya.Kesehatan.akibat.Rokok.Rp.180.Triliun

Jumat, Oktober 09, 2009

Hingga Perbatasan Subuh

Hingga cicit-cicit Perkutut gemerecak
membangunkan daun-daun ranting pepohonan
yang masih terlelap
dalam sepoi malam yang menidurkannya

Di perbatasan subuh dan selimut peristirahatan,
aku masih saja menggali-gali nurani
akankah ada pertemuan, kemudian penyatuan?
sebagaimana yang aku dambakan

Di gegaungan adzan yang menelusupi, membisiki telingaku,
terlantun hakikat ayat-ayat perihku
di atas pergelaran sajadah yang aku hamparkan di lantai khusyuk ini
Sembari mulutku mengurai firma-firman suci tiada henti

Subuh perlahan-lahan beranjak meninggalkan kelengangan fajar
tapi aku masih saja terdiam di kibaran sajadahku,
hingga mentari melambaikan senyumnya,
namun itu semua tetap saja tak bisa menggantikan
gundah-gundahku yang sudah tergali dalam-dalam

Lalu aku bisikkan suara lewat sebening embun pada mentari
agar segera tenggelam kembali
dan digantikan rembulan
meski nanti…
malam hanya nampak sebentuk celurit pagi

*Sumber : Majalah Muslimah. Tahun 1. Edisi 06 Dzulqoidah 1423H. Januari 2003. Dan “Selubung Air Mata Cinta” (Antologi Puisi) oleh Warsono (My Real Name)

Selasa, Oktober 06, 2009

Bingung Mau Nulis Apa?

bingung mau nulis apa?...nanya begini jadi tambah bingung sendiri. Sudah banyak tulisan teman-teman di Kompasiana dan berbagai media lainya. Jadi sampai sekarang masih bingung juga mau nulis apa lagi. Nulis tentang gempa sudah banyak yang ahli. Nulis tentang politik DPR dan MPR, wah lebih banyak lagi yang jadi jagonya.

Bahkan ketika gempa di Sumatera tanggal 30 September 2009, banyak sekali pahlawan yang keluar dari sarangnya. Tapi sayang, keluarnya pada kesiangan. Jadinya pada tidak kebagian gelar pahlawan, yang ada pada numpang tenar. Inilah jadinya orang-orang sekarang banyak jadi pahlawan jejadian. hahaha...

Masih bingung juga ya mau nulis apa?...oke deh kalau begitu saya kumpulin aja status di Facebook. Mudah-mudahan bisa ngilangin betete...

Ini dia statusnya ;

1. Setiap hari kerjaannya On Line terus, nyantai...Gaji Gede...tapi tidak menyenangkan hati, kenapa ya?...

EVa HerLyana
EVa HerLyana
Ga disyukuri sich... Enjoy aja pak..
46 menit yang lalu · Hapus

EVa HerLyana
EVa HerLyana
He he
46 menit yang lalu · Hapus

Lintang Cavaleria Rusticana
Lintang Cavaleria Rusticana
Anu mas... gajinya dibagi sama kaum dhuafa aja..... pasti hatinya senang deh lihat mereka bahagia, dijamin :)

Yah kalo gak dibagi ke saya aja :))
45 menit yang lalu · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
InsyaAllah kalau disyukuri sih pasti, salah satu caranya dengan zakat dan shodaqoh. Cuman ini masalah kepuasan bathin ajah...
45 menit yang lalu · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
hehe...mba Lintang...alhamdulillah sudah dibagi...jadi maaf untuk mba Lintang ga kebagian ya...hehe...
43 menit yang lalu · Hapus

'Roni' Tobroni Hasrie
'Roni' Tobroni Hasrie
suasana hati....
sebenarnya, apapun aktifitasnya, kalo kita kerjakan dg FUN, semuanya kan terasa bgitu indah n menyenangkan...
55 detik yang lalu · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
masalahnya cari yang FUN itu ga gampang
4 detik yang lalu · Hapus

2. Banyak hal yang harus disiapkan untuk memulai satu usaha baru, terkadang bikin emosi, sering juga bikin tersenyum bahkan tertawa...

Tonni Katon
Coba di awali dr hoby pak
2 jam yang lalu · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
ok deh...pastinya tuh...hoby bikin kita enjoy aja
2 jam yang lalu · Hapus

3. Bertawakal saja, karena sesungguhnya orang yang demikian itu (jika sampai mati tidak mau memaafkan) tidak akan bisa menikmati dan diperbolehkan Allah meski hanya untuk mencium wanginya surga sekalipun saja (wanginya surga dapat tercium selama perjala...nan 1000 tahun)...Na'udzubillahi min dzalik...

'Roni' Tobroni Hasrie dan Maman Rokhman menyukai ini.

Slim Radhitia
Slim Radhitia
setuja pa..!
Kemarin jam 11:40 · Hapus

Slim Radhitia
Slim Radhitia
tp bgmn jk kt sdh mmaafkn.ttp blum smpat mnympaikan
Kemarin jam 11:44 · Hapus

'Roni' Tobroni Hasrie
'Roni' Tobroni Hasrie
thanks 4 ur'support...
tapi tetep q ga akan biarkan nie terjadi, q ga ingin dia sampe su'ul khotimah di akhir perjalanan...
Kemarin jam 12:11 · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
@slim : insyaAllah kalau sudah memaafkan terampuni
@Roni : ok, go head...
Kemarin jam 14:03 · Hapus

4. Dagelan Politik sudah dimulai, TK jadi ketua MPR, yang milih DPR, DPR "keblinger" yang milih rakyat, Rakyatnya?...

'Roni' Tobroni Hasrie
dan asal tau sj, pd periode kmrn, angg. DPR/MPR yg t'masuk paling malas ngantor adlh dia...
sungguh ironis n menyedihkan yah...
Kemarin jam 10:45 · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
itulah fenomena, so bolehkan n tepatkan awal 2001 saya resign dari partai politik?
Kemarin jam 10:47 · Hapus

5. Pake Internet Flexi, Lemotnya setengan mampus, Murah tapi ga Meriah, Kumaha ieu teh?...

'Roni' Tobroni Hasrie
siapa suruh pake Flexi, heee :-)
makanya genti donk....
Kemarin jam 10:30 · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
kalau di kantor pake speedy, laptopku pake Flexi (di rumah), HP ku XL...yang lebih enak Speedy sama XL, kalau CDMA di Karangampel yang kenceng apa ya?...
Kemarin jam 10:41 · Hapus

Vino Warsono
Vino Warsono
lagi coba-coba sih pake Flexi...ganti apa dong?...Modem dah kadung CDMA, kalau di Karangampel CDMA yang kenceng n murah Apa?...
Kemarin jam 10:42 · Hapus

Hahaha...jadi lega deh...sudah tahu dan bisa nulisin sesuatu lagi. Meski ini hanya Intermezo doang...tapi bukan dik Doang lho ya...wkwkwwkwk...

Kamis, Oktober 01, 2009

Indonesia Dilanda Gempa, Satu Kaki Merupakan Azab, Satu Kaki Lagi Teguran

Indonesia, negara republik yang kita cintai ini sedang sedih, karena dilanda gempa yang berkelanjutan. Ada apa di balik semua ini?…

Manusia Indonesia sebagai penduduk terbesar keempat di dunia. Manusia yang mungkin sangat “kemaruk” menikmati kekayaan alamnya. Tanpa melihat keseimbangan ekosistem yang berada di sekitarnya. Dan lupa pula akan berkesinambungannya kehidupan yang akan datang.

Indonesia sebenarnya adalah negara yang sangat berlimpah ruah kekayaan alamnya. Jika kita masih ingat salah satu lirik lagunya Koesplus “Tongkat bisa jadi tanaman”, betapa menggambarkan Indonesia sebagai bumi yang subur lohjinawinya.

Akan tetapi apa yang sering kita tuai sekarang?…ya gempa, banjir, dan bencana alam lainyya. Yang sepertinya tidak berkesudahan saja.

Dimulai dari gempa di Aceh tahun 2004 yang memunculkan Tsunami dan mengakibatkan korban yang begitu banyak hingga ratusan ribu korban jiwa. Kemudian disusul Gempa Yogyakarta tahun 2006. Gempa Mentawai, Gempa Tasikmalaya 2009, banjir Mandailing Natal dan tentunya yang terbaru ini adalah Gempa di Sumatera Barat Padang Pariaman, yang belum diketahui berapa korban yang jatuh akibat Gempa ini. Namun demikian sepertinya Gempa kali ini akan menimbulkan korban yang tidak sedikit, apabila melihat dari besaran skala richternya yang mencapai 7,6 SR.

Muncul pertanyaan, ada apa di balik semua ini?…mungkinkah Satu Kaki Indonesia sudah terjerembab dalam Azab Allah?…dan satu kakinya lagi termasuk dalam kategori teguran Allah?…

Pertanyaan ini muncul dari berbagai kejadian yang menimpa republik ini, yang seolah-olah tanpa henti-hentinya didera bencana. Apakah warga negara Indonesia sudah sedemikian berdosanya?…

Wallahu’alam…

beberapa sumber berita dapat diklik di sini:

http://inilah.com/berita/politik/2009/09/02/150566/gempa-tasik-sampai-ke-bengkulu/

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_2006

http://www.harian-aceh.com/banda-raya/banda-aceh/3647-gempa-besar-goyang-banda-aceh.html

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45072:aceh-digoyang-19803-kali-gempa&catid=13:aceh&Itemid=26

Dan masih banyak lagi yang lain.

Selasa, September 29, 2009

Untuk Perempuan

Rayulah Aku, Perempuan!
dengan segala keluasan cintamu.
Peluklah Aku, Perempuan!
dengan ikatan setiamu.

Pikatlah segumpal hati ini!
dengan manis lenggok dan lakumu
dengan ayu paras wajah cantikmu

Manjakanlah hari-hari ketiadaanku!
dengan nafas ceriamu.
Hiasilah setiap helai sunyiku!
dengan semua rajutan senyummu

Mungkin, aku akan terpikat padamu, Perempuan!
jika engkau mampu membelah wanginya sepiku,
dan jika Aku dapat terwarnai oleh tingkahmu.

*sumber : dikutip dari "Untuk Perempuan" Mitra Dialog-Pikiran Rakyat Bandung Group, 2001, dan Antologi Puisi Selubung Air Mata Cinta, oleh Warsono (My Real Name)

Jumat, September 18, 2009

Tukeran Suami, Dong! Ada Tiga, Tuh, Tinggal Pilih!

Tulisan ini merupakan tanggapan (# 34)di kompasiana.com, yang saya sampaikan untuk tulisannya Mariska Lubis yang berjudul “Tukeran Suami, Dong! Ada Tiga, Tuh, Tinggal Pilih!”. Beritanya bisa klik di sini http://public.kompasiana.com/2009/09/18/tukeran-suami-dong-ada-tiga-tuh-tinggal-pilih/

Sengaja tanggapan ini saya postingkan lagi disini agar tidak ada kerancuan dalam mengeneralisasi suatu studi atau pun survei. Dan mencoba mendudukan masalahnya agar lebih clear. Stigma negatif suatu daerah tertentu tidak bisa menggambarkan perilaku penduduknya adalah hal kelumrahan yang sama

Saya adalah orang yang lahir, tumbuh, besar dan mengenyam pendidikan di Indramayu. Saya tidak pernah melihat sendiri kasus yang diceritakan Mba Mariska. Entah mungkin saya yang kurang peka atau memang budaya itu terlalu tersembunyi, jadi tidak nampak di luaran secara kasat mata. Entah itu Indramayunya di bagian mana, karena memang saya tidak pernah tahu. Mungkin sebaiknya Mba Mariska lebih spesifik menyebutkan daerah yang dimaksud, agar tidak ada generalisir tentang negatifnya budaya suatu daerah.

Saya adalah orang yang lahir, tumbuh, besar dan mengenyam pendidikan di Indramayu. Saya lahir di sebuah desa bernama Kaplongan Kecamatan Karangampel. Justru Alhamdulillah keluarga saya berasal dari keluarga yang taat ajaran agama. Bahkan sebelum saya bersinggungan dengan ilmu umum, Ibu saya sudah terlebih dahulu mengajarkan apa itu agama, bagaimana cara membaca huruf-huruf yang tertuang dalam Al-qur’an juga maknanya.

Saya adalah orang yang lahir, tumbuh, besar dan mengenyam pendidikan di Indramayu. Memang sekarang saya lebih sering merantau. Dari semenjak tahun 1997 saya sudah merantau. Bahkan sampai sekarang ketika saya menuliskan tanggapan ini, saya masih berada di perantauan.

Meski begitu, saya tidak pernah lupa akan habitat saya. Saya sering menengok daerah kelahiran saya. Entah sebulan sekali bahkan tiga bulan sekali, yang pasti dalam satu tahun minimalnya dua kali saya bersilaturrahmi ke kampung halaman saya untuk bersua dengan keluarga besar saya, yang 90% masih tinggal di Indramayu. Dan tentunya tidak ketinggalan pula dengan teman-teman sepermainan saya, ketika SD, SMP dan SMA.

Jadi harapan saya sebaiknya Mba Mariska lebih spesifik menyebutkan nama daerah dari Indramayunya, agar tidak ada konotasi yang terlalu negatif terhadap yang disebut sebuah Kabupaten yang bernama Indramayu.

Memang saya sebagai orang yang lahir, tumbuh, besar dan mengenyam pendidikan di Indramayu, seringkali malu sendiri apabila ada cibiran negatif tentang daerah asal saya.

Karena Indramayu sebagai bumi kelahiran saya dan yang sangat saya kenal nyatanya tidak seperti itu.

Jumat, September 11, 2009

Kewajiban Berpuasa Bukan untuk Orang “Islam”

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Qs. Al-Baqoroh : 183).

Berpuasa di bulan Ramadlan yang penuh dengan rahmat, barokah dan maghfiroh (ampunan) ini wajib hukumnya (bagi ummat islam yang beriman dan baligh). Hanya dengan alasan yang sesuai dengan syari’at islam saja bagi mereka boleh tidak berpuasa. Dengan catatan di bulan yang lain menggantinya dengan berpuasa kembali sesuai dengan jumlah hari pada saat mereka tidak berpuasa di bulan Ramadlan, atau dengan membayar fidyah sesuai ketentuan syari’at islam juga.

Sesungguhnya berpuasa itu wajib hukumnya hanya bagi orang-orang yang beriman saja. Orang-orang islam yang tidak beriman tidak diwajibkan berpuasa. Kenapa?…karena sesungguhnya orang-orang yang seperti demikian tersebut sudah inkar terhadap kewajibannya sebagai seorang muslim.

Maka bukan suatu hal yang aneh apabila kita banyak mendapati orang-orang yang tidak berpuasa pada bula Ramadlan ini. Padahal kalau ditanyakan kepada mereka, apa agamanya?…banyak yang menjawab di antara mereka “saya seorang muslim”. Tapi muslim dibibir saja.

Orang-orang yang mengaku islam dan beriman di bibir saja, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang rajin mengenakan “Topeng Ramadlan”. Seperti yang biasa kita jumpai di restaurant, warteg, terminal, pusat perbelanjaan, pusat keramaian, televisi dan tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk mereka menyembunyikan identitas aslinya.

Sedangkan iman itu terletak pada tiga hal dasar, yaitu ; meyakininya dalam hati, mengucapkannya dengan lisan dan dilakukan serta ditunjukkan dengan perbuatan. Demikianlah iman yang sebenarnya. Orang islam yang memiliki ciri-ciri iman tersebutlah yang pasti dengan senang hati melakukan ibadah puasa Ramadlan dalam balutan ikhlas.

Semoga kita adalah termasuk orang-orang islam yang beriman. Sepertiga terakhir dari Ramadlan ini adalah bulan penuh dengan Barokah dan maghfiroh (ampunan). Selamat beribadah puasa Ramadlan. Semoga kita mampu meraih piala taqwa sesuai dengan Al-qur’an surat Al-Baqoroh ayat 183 tersebut di atas dan mendapat ridlo-Nya, Amin.

Selasa, September 01, 2009

Sayed Quthb, Sang Syahid yang Kontroversial


Quthb lahir dengan nama lengkap Sayyid Quthb Ibrahim Husein asy-Syadzili pada tanggal 9 Oktober 1906 M. (1326 H.) di Musya, sebuah pedesaan yang terletak di dekat kota Asyut, hulu Mesir. Ayahnya pernah aktif di Partai Nasional pimpinan Musthofa Kamil, hal ini mungkin yang menanamkan pada diri Quthb kesadaran politik yang tinggi.

Perjalanan intelektual Quthb dimulai dari desa di mana dia lahir dan dibesarkan. Di bawah asuhan orangtuanya, Quthb berhasil menghafal Alquran dalam usia relatif dini, 10 tahun. Menyadari bakat tersebut, orangtuanya memindahkan keluarga ke Hilwan, daerah pinggiran Kairo, agar Quthub memperoleh kesempatan masuk ke Tajhiziyah “Dar al-‘Ulum” (nama lama dari Universitas Cairo).

Pada tahun 1929, Quthb kuliah di Dar al-‘Ulum dan memperoleh gelar Sarjana Muda di bidang Pendidikan pada tahun 1933, kemudian bekerja sebagai pengawas pada Departemen Pendidikan. Tahun 1949 ia mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuannya di bidang Pendidikan selama 20 tahun, tepatnya di Wilson's Teacher's College Washington dan Stanford University California.

Sekembalinya dari Amerika, Quthb bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin karena kekagumannya pada Hasan Al-Banna, pendiri gerakan tersebut. Quthb menjadi tokoh penting dalam kelompok ini. Pada tahun 1954, Quthb diangkat menjadi Pemimpin Redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Namun, baru dua bulan terbit, harian tersebut dibredel oleh pemerintahan Gammal Abdul Nasser.

Menurut Quthb, saat itu Ikhwanul Muslimin menghadapi situasi yang hampir sama dengan situasi masyarakat saat Islam datang untuk pertama kalinya, yaitu kebodohan tentang akidah Islam dan jauh dari nilai-nilai etik Islam (jahiliyah). Namun sayangnya, kesucian niat dan semangatnya dalam memperjuangkan orang banyak mengantarnya ke penjara pada 13 Juli 1955.

Pada tahun 1964 Quthb dibebaskan atas permintaan Abdul Salam Arif, Presiden Irak, yang mengadakan kunjungan ke Mesir. Saat itu, menurut informasi Abdul Hakim Abidin, salah seorang sahabatnya, Abdul Salam meminta Quthb untuk ikut bersamanya ke Irak, tetapi dia menolak seraya menyatakan, "Ini adalah medan perjuangan yang tidak bisa saya tinggalkan".

Setahun kemudian (1965) ia kembali ditangkap. Presiden Nasser menguatkan tuduhannya bahwa Quthb berkomplot untuk membunuhnya. Berdasarkan UU No. 911 tahun 1966, Presiden mempunyai kekuasaan untuk menahan siapa pun yang dianggap bersalah.

Sayyid Quthb diadili oleh Pengadilan Militer pada tanggal 12 April 1966. Tuduhannya sebagian besar berdasarkan tulisannya, Ma'alim fi ath-thariq, di mana isinya dianggap berupaya menumbangkan pemerintahan Mesir dengan kekerasan. Kemudian, pada 21 Agustus 1966 Sayyid Quthb bersama Abdul Fattah Ismail dan Muhammad Yusuf Hawwasy dinyatakan bersalah dan dihukum mati.

Quthb dihukum gantung bersama dua orang sahabatnya pada 29 Agustus 1966. Pemerintah Mesir tidak menghiraukan protes dari Amnesti Internasional yang memandang proses peradilan militer terhadap Sayyid Quthub sama sekali bertentangan dengan rasa keadilan.

Sejak saat itu Quthb dijuluki sebagai Syahid bagi kebangkitan Islam, yang rela mengorbankan nyawanya di tiang gantungan.

Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an, Sarana Dakwah dari Balik Jeruji Penjara

Umej Bhatia (peneliti di Pusat Studi Timur Tengah, Universitas Harvard, AS), dalam A Critical Reading of Sayyid Quthb's Qur'anic Exegesis, mengatakan, pada kondisi sosial dan politik itulah karya-karya Sayyid Quthb tentang pergerakan melawan penguasa tiran harus dipahami. Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an (Di Bawah Naungan Alquran) merepresentasikan gagasan-gagasan pergerakan tersebut.

Umej Bhatia menilai, tafsir Fi Zhilal al-Qur'an menyajikan cara baru dalam menafsirkan Alquran yang belum pernah dilakukan oleh ulama-ulama klasik. Sayyid Quthb memasukkan unsur-unsur politik dan ideologi dengan sangat serasi. Boleh dibilang, tafsir yang satu ini paling unik karena menjadikan Alquran sebagai pijakan utama untuk melakukan revolusi politik dan sosial.

Tampaknya, menurut Umej, Sayyid Quthb dipengaruhi oleh dua ulama agung sebelumnya, yakni Muhammad Abduh dan Rashid Ridho. Tafsir Al-Mannar karya kedua ulama tersebut lebih memfokuskan penafsiran Alquran dalam konteks sosial masyarakat ketimbang mengupas makna kata per kata. "Akan tetapi, Sayyid Quthb selangkah lebih maju daripada kedua pendahulunya itu. Ia berhasil mengolaborasikan teori-teori sosial Barat ke dalam pesan-pesan agung Alquran," kata Umej.

Penilaian serupa juga disampaikan oleh Dr Ahzami Samiun Jazuli, pakar tafsir Alquran dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Menurut Ahzami, tafsir yang ditulis oleh Sayyid Quthb ini merupakan tafsir haraki (tafsir pergerakan) atau tafsir dakwah. Sang ulama tidak menggunakan manhaj (metode) penulisan tafsir seperti ulama-ulama terdahulu, misalnya tafsir tahlili (tafsir analitis) yang memulai penafsiran dari penjelasan kata dalam ayat Alquran.

"Sayyid Quthb tidak menjelaskan panjang lebar makna kata dalam suatu ayat. Tidak pula menerangkan secara detail aspek-aspek fiqhiyyah (hukum-hukum fikih) karena pembahasan semacam itu sudah banyak dikupas dalam kitab-kitab tafsir klasik," jelas Ahzami.

Alquran bagi Sayyid Quthb merupakan kitab pedoman hidup yang komprehensif ke arah kehidupan yang diridhai Allah SWT. Oleh sebab itu, ia menamai tafsirnya itu Fi Zhilal al-Qur'an supaya umat Islam benar-benar berada dalam tuntunan dan naungan Alquran.

Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an merupakan hasil dari dinamika akademis, politik, dan sosial. Ia tidak semata-mata rekreasi intelektual yang mendekati Alquran dari perspektif ilmu pengetahuan. Namun, juga menggunakan pendekatan atas dasar pengalaman hidup sang penulis. Tidak mengherankan, kata Ahzami, kalau kitab tafsir ini berpengaruh besar terhadap umat Islam di seluruh dunia, terutama mereka yang aktif dalam gerakan dakwah.

Dr Muchlis Hanafi, ahli tafsir lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, melihat fenomena tafsir Fi Zhilal al-Qur'an ini dari sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, ada beberapa aspek yang menonjol dalam karya Sayyid Quthb itu. Di antaranya adalah al-zauq al-adabi (ketinggian nilai sastra). Sayyid Quthb, menurut Muchlis, menjelaskan makna ayat-ayat Alquran dengan gaya bahasa yang sangat indah. Sehingga, punya kekuatan magnetik dan pengaruh yang besar terhadap pembacanya.

Kelebihan lainnya, menurut Muchlis, adalah al-wihdah al-maudhu'iyyah (kesatuan tema). Setiap surat yang ia tafsirkan diawali dengan mukadimah. Dan, mukadimah itu menjelaskan secara komprehensif isi surah sehingga tampak benang merah dan kesatuan tema sebuah surah.

Metode ini bukanlah hal baru dalam tradisi penafsiran Alquran, tetapi Sayyid Quthb berhasil menggunakannya dengan sangat baik. Saat ini, dapat disaksikan sebuah tafsir kontemporer yang bernilai tinggi. Namun demikian, tafsir ini tidak serta-merta lolos dari kritik para pegiat tafsir Alquran.

Dari segi metodologi, banyak yang menilai bahwa Sayyid Quthb melanggar tata aturan penafsiran Alquran yang dianut oleh para ulama salaf. Ia terlalu banyak menggunakan akal daripada merujuk pada Alquran, hadis Nabi SAW, dan tradisi para sahabat.

Ide-ide revolusioner
Umej Bhatia berpendapat bahwa penjara dan penyiksaan berperan penting dalam membentuk karakter pemikiran Sayyid Quthb. Umej memakai istilah prison perspective (perspektif penjara) bagi perspektif Sayyid Quthb dalam penafsiran Alquran. Yaitu, sebuah cara pandang korban keganasan rezim otoriter terhadap realitas sosial politik di masanya.

Kepahitan pengalaman politik Sayyid Quthb mendorongnya menyerukan konsep hakimiyatullah (kekuasaan hanya milik Allah) sebagaimana diusung oleh Abu al-'Ala al-Maududi di Pakistan. Hakimiyatullah berarti kekuasaan harus dikembalikan kepada Allah, bukan dikuasai manusia zalim yang melanggar hukum-hukum Tuhan. Umat Islam wajib berjihad mengembalikan tata aturan itu sesuai dengan doktrin Alquran.

Untuk itu, menurut Sayyid Quthb, perlu ada gerakan At-Thali'ah al-Islamiyah , yaitu menyiapkan generasi Muslim baru yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran Allah serta mendidik mereka untuk menjadi pemimpin umat di masa depan. Ide-ide pergerakan dan perlawanan Sayyid Quthb itu tampak jelas dalam mukadimah tafsirnya pada surah Al-An'am.

Ia memaparkan konsep masyarakat ideal sesuai dengan tuntunan Islam; berseru kepada para juru dakwah untuk konsisten berada di jalan ini; serta menancapkan akidah agar sistem pemerintahan yang terbentuk kelak tidak melanggar tata aturan yang ditetapkan Allah SWT. "Orang-orang yang tidak memiliki akidah adalah pribadi-pribadi jahiliyah. Kejahiliyahan mereka memenuhi akal, pikiran, dan hati," tegas Sayyid Quthb.

Dalam pemaparannya tentang tatanan sosial politik yang ideal menurut doktrin Islam, Sayyid Quthb tidak segan-segan melabeli status 'kafir' kepada para penguasa zalim atau yang melanggar hukum Allah. Ini mengundang respons beragam dari banyak kalangan, bahkan dari ulama sendiri.

Dr Yusuf al-Qardhawi menilai bahwa pemikiran takfir (pengkafiran pada Muslim lain) dalam karya Sayyid Quthb sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang dianut mayoritas umat Islam di dunia. Pemikiran ini, tambah Qardhawi, juga tidak mencerminkan pemikiran gerakan Ikhwan al-Muslimin karena pemikiran takfir sama sekali tidak selaras dengan pemikiran organisasi itu ( RepublikaOnline, 9 Agustus 2009).

Pernyataan Qardhawi tersebut disanggah sejumlah tokoh Ihkwan al-Muslimin. Menurut mereka, Sayyid Quthb tidak keluar dari Ahlussunnah wal Jamaah. Semua pemikiran Sayyid Quthb selaras dengan manhaj Ikhwan al-Muslimin, tidak ada satu pun yang menyalahi kaidah dan dasar organisasi tersebut. Quthb, menurut mereka, juga tidak pernah mengafirkan kelompok Islam lain dan tidak pernah mendakwahkan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah ( RepublikaOnline, 19 Agustus 2009).

Menawarkan Pemecahan Problem Umat
Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an ditulis oleh Sayyid Quthb selama kurang lebih 15 tahun, yaitu sejak tahun 1950-ah hingga 1960-an. Pada mulanya, ia memulai menulis tafsirnya itu atas permintaan rekannya, Said Ramadhan, redaktur majalah Al-Muslimun yang terbit di Kairo dan Damaskus.

Sang mufasir menyambut baik permintaan itu dan memberi nama rubrik tersebut Fi Zhilalil Quran. Tulisan pertama yang dimuat adalah penafsiran surah Alfatihah, kemudian surah Albaqarah. Akan tetapi, beberapa bulan kemudian, Sayyid Quthb memutuskan menyusun satu kitab tafsir sendiri yang juga ia beri nama Fi Zhilalil Quran .

Karya beliau lantas dicetak dan didistribusikan oleh penerbit al-Bab al-Halabi. Penerbitan pertamanya tidak langsung berjumlah 30 juz, namun tiap satu juz. Setiap juznya terbit dalam dua bulan sekali. Proses penyempurnaan penafsiran selanjutnya diselesaikan dalam penjara.

Edisi pertama dalam bentuk 30 juz diterbitkan pada tahun 1979. Sejak saat itu, persebarannya meluas hingga mencapai hampir seluruh negara Muslim di dunia. Umej Bhatia mencatat, kitab tafsir ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Turki, Urdu, Bengali, Indonesia, dan Melayu.

Di negara-negara Arab, volume penjualan tafsir Fi Zhilal al-Qur'an bak kacang goreng. Selama bertahun-tahun, tafsir itu menjadi best seller. Menurut cerita Syekh Abdullah Azzam, pada pertengahan 1980-an, jika di Lebanon ada percetakan mulai bangkrut, kemudian pemiliknya mencetak Fi Zhilalill Quran dan juga buku-buku Sayyid Quthb yang lain, percetakan tersebut selamat dari kebangkrutan.

Gaya bahasa dan kualitas penafsiran Sayyid Quthb merupakan daya pikat utama bagi para pembaca untuk menyelami samudra ilmu Alquran. Di dalamnya tersaji konsep-konsep Islam modern tentang jihad, masyarakat jahiliyyah dan Islam, serta ummah .

Konsep-konsep tersebut menumbuhkan kesadaran baru akan gerakan sosial politik berdasarkan doktrin Islam. Tak ayal, banyak peneliti Barat yang melabeli Sayyid Quthb sebagai pengusung radikalisme, ekstremisme, fundamentalisme, atau atribut-atribut yang menjurus pada nuansa kekerasan lainnya.

Tentang konsep umat, Sayyid Quthb mengutarakan bahwa pembentukan pribadi umat harus berdasarkan keimanan yang kokoh, optimisme pada rahmat dan pertolongan Allah, serta rasa percaya diri sebagai umat terbaik yang diutus Allah di muka bumi ini. Segala permasalahan umat, menurutnya, harus dicarikan solusinya dari kitab Allah SWT dan sunah nabi.

"Keimanan berimplikasi pada sikap pasrah dan menyerah kepada hukum-hukum Allah. Jiwa-jiwa yang tulus akan menerima segala sistem hukum dan perundangan Islam secara sukarela. Tidak terdetik satu penentangan pun sejak aturan tersebut dikeluarkan. Juga, tak ada sedikit pun keengganan untuk melaksanakannya ketika hukum itu diterima," kata Sayyid Quthb dalam mukadimah surat Al-An'Am.

Secara umum, tema yang ditekankan dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur'an meliputi gagasan tentang hubungan antarsesama manusia. Allah SWT, menurutnya, menghendaki sebuah bangunan sosial yang harmonis berdasarkan keimanan dan cinta kasih. Konsep ini menghindarkan terbentuknya kekuasaan tiran yang menebarkan kebencian, kebodohan, dan kekafiran.

Senin, Agustus 31, 2009

Mahalkan Harga Rokok!


Rokok adalah produk yang menjadi dilema bagi masyarakat maupun pemerintah. Industri rokok adalah penyumbang terbesar devisa negara. Namun apa gunanya pendapatan negara naik tapi tanggungan pemerintah untuk penderita penyakit karena rokok meningkat?

Salah satu penyebab tingginya konsumsi rokok adalah karena terjangkaunya harga rokok. Harga satu bungkus rokok merek lokal termurah di Singapura adalah Rp 66.600, di Malaysia Rp 13.800, di Thailand Rp 7.900, sedangkan di Indonesia harganya cuma Rp 5.000.

"Rendahnya harga rokok menyebabkan rokok bisa dibeli oleh kalangan miskin sekalipun. Harga rokok yang rendah itu disebabkan karena adanya subsidi dari industri rokok itu sendiri. Kalau mau dicek, harga di bandrol lebih mahal dibanding harga jualnya," tambah kata Dr. Sonny Harry B. Harmadi dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam acara seminar Sistem Cukai Tembakau yang Efektif dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Hotel Borobudur, Jakarta 28 Agustus 2009.

Oleh karena itu, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia adalah dengan menerapkan cukai yang tinggi untuk rokok secara drastis bukan bertahap.

"Yang selama ini dilakukan pemerintah adalah menaikkan cukai perlahan-lahan, dan situasi tersebut dimanfaatkan oleh industri rokok untuk mengadaptasi kebijakan pemerintah dengan melakukan perubahan strategi penjualan atau teknologi," jelasnya.

Cukai hanya efektif untuk mencegah para perokok pemula tapi tidak untuk yang terlanjur merokok. Padahal semua orang tahu rokok tidak baik untuk kesehatan.

"Di dalam asap rokok terkandung 44.000 zat kimia, aditif dan toksin dan jumlahnya diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Dr. Yusharmen Dcomm, MSc.

Meskipun sudah ada ancaman dan sanksi untuk para perokok, tapi hingga kini jumlahnya tidak berkurang bahkan meningkat. "Keinginan berhenti merokok sebaiknya berasal dari ruhnya daripada karena ancaman," ujar Yusharmen.

Satu cara untuk menghentikan para perokok jka meniru negara thailand adalah dengan teknik demoralisasi. "Dengan diberlakukan demoralisasi yaitu memunculkan perasaan malu kalau punya rokok di saku karena ada gambar yang menjijikan, orang akan berpikir dua kali untuk beli rokok karena rokok dianggap barang yang memalukan," ujarnya.

Dalam waktu dekat ini, Depkes RI juga akan mengeluarkan alat scanner untuk para perokok sehingga dapat menentukan sanksi untuk pelanggaran karena merokok.

"Kita akan bekerja sama dengan kepolisian untuk mengetahui kadar nikotin dalam darah, jadi bisa ditentukan sanksinya tergantung seberapa besar kandungan nikotinnya dalam darah," ujar Yusharmen.

*sumber; http://health.detik.com/read/2009/08/31/103838/1192922/775/mahalkan-harga-rokok

Sabtu, Agustus 29, 2009

Perempuan Perokok Lebih Berbahaya

Jumlah perempuan perokok di Indonesia meningkat 5 kali lebih banyak dibanding pria. Ada tren jumlah perokok perempuan terus meningkat sedangkan perokok laki-laki stabil.

Asal tahu saja, setiap tahunnya 1,5 juta tahun orang meninggal dunia karena rokok dan 25.000 orang yang meninggal� diantaranya adalah perokok pasif.

Di Indonesia, perokok lelaki sebanyak 65,9% dan 4,5% perempuan. Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, jumlah tersebut terus naik, terutama perokok perempuan.

"Untuk perokok pria, jumlahnya cenderung stabil, tapi anehnya untuk perempuan meningkat 5 kali lebih banyak, dan jumlahnya diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, Dr. Yusharmen Dcomm, MSc dalam acara seminar Sistem Cukai Tembakau yang Efektif dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Hotel Borobudur, Jakarta, 28 Agustus 2009.

Menurutnya hal itu dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat di masyarakat saat ini. Dan perempuan lebih banyak terpengaruh oleh lifestyle yang tidak baik dibanding lelaki.

Lifestyle seperti pergaulan dengan sesama perokok dan seringnya mengunjungi tempat-tempat hiburan yang banyak dikunjungi kalangan perokok kurang lebih gampang mempengaruhi wanita.

Dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan tidak langsung teramati tapi membutuhkan waktu yang lama. Munculnya berbagai simptom penyakit akibat merokok baru akan terlihat setelah 25 tahun, seperti jatung, kanker, kencing manis dan lainnya.

"Semakin dini seseorang mengenal rokok, semakin cepat juga terkena penyakit-penyakit itu," ujar Yusharmen.

Berdasarkan data epidemiologi dari negara maju, diasumsikan bahwa setengah dari 57 juta penduduk di Indonesia akan meninggal akibat berbagai penyakit yang terkait dengan konsumsi rokok.

Jika jumlah perokok perempuan di Indonesia terus menigkat dari tahun ke tahunnya bahkan dengan jumlah yang berlipat ganda, apa jadinya anak-anak penerus generasi bangsa yang lahir dari rahimnya?

"Pembangunan Indonesia selama 30 tahun lebih yang susah payah dilakukan pejuang negara sebelumnya hancur karena satu jenis barang, yaitu rokok. Sungguh celaka," ujar Suahasil Nazara, PhD, kepala Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Eonomi Universitas Indonesia.

*sumber; http://health.detik.com/read/2009/08/29/121656/1192114/763/perempuan-perokok-di-indonesia-naik-5-kali-lipat

Jumat, Agustus 28, 2009

Buka Puasa Ramadlan dengan Semangka Busuk

Sekitar tahun 80-an. Sebenarnya waktu itu kami masih duduk di sekolah dasar. Kebetulan kami terlahir dari keluarga dan lingkungan yang cukup agamis. Kami sering bepergian bertiga, jalan-jalan bertiga, bahkan makan-makan pun bertiga.

Meski kami waktu itu masih SD, pelajaran puasa sudah biasa ditanamkan oleh keluarga untuk selalu puasa penuh selama sebulan Ramadlan. Kami berusaha selalu taat menjalankan ibadah di bulan suci penuh rahmah, barakah dan ampunan ini.

Ramadlan di tahun 80-an tersebut sedang memasuki bulan di mana kemarau sedang teriknya. Karena kami sering berpetualang bertiga, tidak salah juga kami jalan-jalan mengelilingi daerah yang sedang diadakan panen semangka. Sambil menyusuri jalanan yang penuh dengan kebun semangka, kami membayangkan betapa enaknya nanti kalau berbuka jika diawali dengan menyantap buah semangka yang segar dan menggoda.

Rupanya hawa nafsu mengatakan lain, “mendingan sekarang saja makan buah semangka segarnya, daripada nanti kehabisan dan tidak kebagian, rugilah kita semua tidak bisa merasakan kenikmatannya”. Begitulah kira-kira hawa nafsu berbicara.

Mungkin perasaan hati kami bertiga pada saat itu tidaklah jauh berbeda dalam membayangkan nikmatnya semangka. Keberanian untuk melanggar komitmen berpuasa rupanya terkalahkan oleh rayuan buah semangka tersebut. Salah satu dari kami mengajak membeli dan menikmatinya secara langsung. Awalnya Saya dan temen saya yang satunya lagi agak ragu-ragu untuk mengatakan iya, tapi…ya itu tadi godaan buah semangka dan hawa nafsu yang besar mengalahkannya.

Hari itu kami sukses menikmati kesegaran buah semangka yang membatalkan puasa kami.

Sore hari, kami biasa pulang ke rumah masing-masing, dan tetap berlaga kalau kami seperti orang yang sedang berpusa kebanyakan. Orang tua dan keluarga kami tidak ada yang tahu. Sehingga besoknya pun kita coba mengulanginya lagi, dan tidak ketahuan pula. Hingga muncul niatan untuk yang ke tiga kalinya.

Nah…pas yang kegiatan yang ke tiga kalinya inilah, kami mengalami hal yang mengecewakan, ternyata semangkanya pada busuk. Kami mencoba memilih yang lain ternyata busuk juga. Akhirnya kami menyerah.

Sore harinya, Kami pun pulang kembali sambil berdiskusi. Mungkin ini adalah peringatan dari Allah, karena kita telah membatalkan puasa dengan cara yang tidak jujur. Lho…iya dong sudah berdosa tidak berpuasa ditambah lagi berbohong pada keluarga mengaku tetap berpuasa.

Ternyata banyak cara yang Allah dapat tunjukkan pada kita agar segera bersadar diri dan segera memperbaiki kesalahan yang kita perbuat. Alhamdulillah Allah masih memberikan hidayah-Nya pada kami, sehingga kami segera tersadar dan bertaubat untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi.

Wallahu’alam.

Sabtu, Agustus 22, 2009

Tegakkan Jamaah Islamiyah!

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Qs. Ali Imran ayat : 103)

Akhir-akhir ini islam begitu terpojok. Seolah-olah setiap kejadian yang berkaitan dengan terror, pelakunya adalah orang islam. Islam sebagai sebuah agama terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di dunia seakan-akan sebagai penyebab dari semua teror yang terjadi. Para Mubaligh islam begitu sulitnya untuk menyebarkan ajaran dakwah, meski sebenarnya dakwah yang diajarkannya sesuai dengan tuntunan Al-qur’an dan Al-hadits.

Meski ajaran yang dibawakan oleh Mubaligh tersebut sudah sesuai dengan Al-qur’an dan Al-hadits, tetapi di masyarakat banyak sekali terjadi pertentangan. Pertentangan ini terjadi terkait pemberitaan negatif yang begitu massif dari berbagai media televisi, media cetak maupun dunia maya (internet). Pemberitaan yang tidak berimbang.

Kecurigaan masyarakat terhadap ajaran islam yang menurut sebagian masyarakat adalah sesat sebagai pemicu. Para orang tua melarang anaknya berkumpul dalam sebuah majlis pengajian. Komunitas Masjid terpinggirkan. Tetangga yang pandai mengaji dan alim dijauhi sekaligus juga dicurigai. Ironisnya kegiatan yang mendikte tersebut dilakukan oleh orang islam terhadap ummat islam itu sendiri. Sekarang begitu sulitnya islam berkembang. Agama dijauhi, moral beragama masyarakat rontok.

Patut diselidiki sebenarnya siapa di balik semua terror yang terjadi. Yang mirisnya mengatasnamakan agama yaitu islam. Jikalau kita pandai, terror tidak akan terjadi. Logikanya orang islam sendiri tidak akan merusak agamanya sendiri. Sepertinya terdapat “dalang” yang bermain di belakang ini. Mencuci otak ummat islam yang pengetahuan islamnya masih “dangkal”. Menukil ayat Al-qur’an dan menyelewengkan tafsirnya sebagai sesuatu yang jitu untuk mendoktrin ummat islam yang “kurang pandai” tersebut.

Kepastian siapa “dalangnya”, silahkan Pemerintah dengan Polisi anti terornya bekerja membuktikannya, dan kita sebagai rakyat juga mendukung upaya tersebut.

Apabila kita menilik para mubaligh yang sekarang banyak bergerak dalam dakwah di masyarakat adalah sesuai dengan tuntunan islam, mungkin hanya beberapa saja di antaranya yang mengajarkan tentang “kekerasan”.

Banyak terjadi kekeliruan informasi di masyarakat awam. Mereka menilai simbol islam yang mengenakan jubah dan celana putung di atas mata kaki sebagai salah satu anggota jaringan teroris. Ini penyesatan informasi yang rancu. Padahal jika masyarakat awam memahami ajaran syari’at islam secara baik, kekeliruan anggapan tersebut tidak akan terjadi. Cara berpakaian demikian diajarkan oleh sang pembawa cahaya kebenderangan ummat yaitu Nabi Muhammad.

Tentang kebenaran Nabi Muhammad dapat dilihat di sini http://public.kompasiana.com/2009/05/15/berita-kebenaran-nabi-muhammad-saw-dalam-al-qur%E2%80%99an-dan-al-kitab/

Selayaknya kita yang mungkin lebih memahami tentang ajaran islam bisa memberikan pengertian yang lebih bijak mengenai ajaran islam yang sesungguhnya. Islam sangat mengajarkan kedamaian. Agama yang “Rahmatan lil ‘alamin”. Islam sangat menentang perilaku bunuh diri dan membunuh orang lain tanpa sebab yang dapat dibenarkan oleh Al-qur’an dan Al-hadits.

Jamaah Islamiyah yang benar adalah membangun aqidah dan akhlaq yang terpuji, bersama dalam ikhwanul muslimin (Ukhuwah Islamiyah), bersatu dalam naungan Al-qur’an dan Al-hadits. Bukan menyebarkan ketakutan di antara ummat manusia. Kita semua menentang bentuk terror dan kejahatan terhadap apa dan siapapun. Tugas seorang muslim dengan muslim lainnya adalah harus membangun kembali Jamaah Islamiyah. Jamaah yang sempat terkoyak oleh isu terorisme.

Sebagai ummat islam yang berakhlaq mulia, janganlah mudah terpicu oleh isu dari setiap hal yang menciderai nilai agama itu sendiri. Mari bersatu padu menegakkan Jamaah Islamiyah yang Rahmatan lil ‘alamin. Tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak berimbang. Mengejawantahkan ajaran agama dengan sopan, baik, dan bijak juga kaffah adalah modal utama untuk membangun Jamaah Islamiyah yang sempurna serta islami sesuai Al-qur’an dan Al-hadits.

“… dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan kebajikan dan ketakwaan …” (Qs. Al-Maidah ayat : 2)

Wallahu ‘alam…Peace Ajah…

Kamis, Agustus 20, 2009

Obrolan Tiga Bayi Kembar

Dalam suatu perut seorang Ibu yang hendak melahirkan, terjadilah sebuah obrolan atau diskusi di antara para calon bayi yang akan terlahir kedunia ini. Obrolan tersebut mengenai cita-citanya masing-masing ketika nanti sudah terlahir di dunia. Kebetulan sang calon ibu tersebut mengandung tiga bayi kembar.

Anggap saja namanya A, B dan C. Obrolannya kira-kira begini :

A : Saya bingung kenapa rumah kita yang sekarang sempit amat ya?...ntar kalau saya dah terlahir ke dunia dan tumbuh besar, saya pengen jadi Arsitek, biar bisa bangun rumah yang gede, mewah dan lega, nggak sempit kaya sekarang.

B : Saya juga pengen punya PLN, biar rumah saya nanti bisa terang terus, nggak kaya di sini gelap banget.

C : Kalau saya pengen jadi Detektif aja ah...

Si A dan B bingung, mereka kompak bertanya ; "Kenapa harus jadi Detektif?"...

C : Saya pengen menyelidiki siapa bocah kecil berhelm yang suka keluar masuk rumah kita sambil nonjokin kepala kita, pake nyiram kepala kita lagiii...jadi basah deh...

Semuanya bilang Ooooooo....

Kamis, Agustus 13, 2009

Jangan Mau Jadi Perokok Pasif !!!....

Larangan merokok di tempat umum bukan berarti “memusuhi” para perokok dengan membatasi hak orang untuk merokok. Melainkan merupakan bagian dari sikap saling menghargai antara perokok dan nonperokok yang memang berhak atas udara bersih dan ingin hidup sehat.

Siapa sih perokok pasif? Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok, tapi terpaksa mengisap asap rokok dari para perokok yang ada di dekatnya. Ironisnya, wanita dan anak-anak merupakan korban terbanyak yang terpaksa menjadi perokok pasif. Mereka inilah yang sebetulnya paling menderita dibanding si perokok sendiri. Pasalnya, banyak perokok yang tidak benar-benar mengisap dalam-dalam rokoknya sehingga asap yang dikeluarkannya jauh lebih banyak dan asap inilah yang terisap orang di sekitarnya. Bahaya asap rokok bagi perokok pasif ini semakin berlipat ganda jika para perokok aktif merokok di ruang tertutup.

AROL (Asap Rokok Orang Lain) adalah asap yang keluar dari ujung rokok yang menyala atau produk tembakau lainnya. AROL terdiri atas asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap sampingan (side stream) yang mengandung 75% kadar bahan berbahaya. Jadi, perokok pasif mengisap tak kurang dari 75% bahaya berbahaya ditambah separuh dari asap yang diembuskan keluar oleh si perokok!

Sebenarnya semua orang tentu sudah mengetahui bahaya merokok. Sayangnya, hal ini masih sangat diabaikan. Rokok dan tembakau telah menjadi epidemi global yang mengakibatkan 1 orang meninggal setiap 6 detik. Rokok juga menjadi 7 dari 8 penyebab kematian utama di dunia. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada anak sekolah usia 13-15 tahun (1999-2006) di 132 negara menunjukkan 56% anak sekolah di dunia terpapar AROL di tempat-tempat umum.

Sementara laporan GYTS 2006 di Indonesia bahkan lebih tinggi lagi, yakni 81% anak sekolah terpapar asap rokok di tempat-tempat umum.
Hasil uji klinik yang melibatkan hampir 5.000 orang dewasa berusia lebih dari 50 tahun menunjukkan, paparan rokok kepada para perokok pasif meningkatkan risiko terserang demensia. Selain itu juga meningkatkan risiko kanker paru, diabetes, penyakit kardiovaskular, stroke, dan kematian pada perokok pasif. Bukan cuma itu. Tim peneliti yang diketuai Prof. David Llewellyn dari Universitas Cambridge juga menemukan, perokok pasif yang bergaul dengan para perokok memperlihatkan hasil tes kognitif yang buruk.

Budaya sungkan
Celakanya, rumah dan kantor adalah dua dari sekian banyak “cerobong asap” bagi para wanita dan anak-anak sebagai perokok pasif. Suami atau anggota keluarga lain yang merokok seenaknya di dalam rumah, maupun rekan kerja yang merokok dalam ruangan selagi bekerja atau rapat, masih kerap dijumpai. Belum lagi menghadapi para perokok yang menunjukkan sikap cuek di angkutan umum. Padahal dalam Pembukaan UUD 1945 jelas-jelas tertera kalimat yang menyatakan bahwa negara wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Termasuk melindungi kesehatan rakyatnya, dalam hal ini perokok pasif.

Sayangnya, menegur perokok bukanlah urusan gampang. Di satu sisi, perokok pasif masih dihinggapi budaya sungkan untuk menegur. Sementara di sisi lain, tak jarang justru si perokok yang ditegurlah yang merasa tersinggung, bersikap cuek, memelototi, atau malah menyalahkan si perokok pasif mengapa berada di dekatnya. Mestinya, yang merokoklah yang harus tahu diri untuk segera mematikan rokoknya atau merokoklah di luar ruangan yang berudara bebas dan sirkulasi udaranya bagus.

Berangkat dari keprihatinan ini, ada baiknya menggalakkan kampanye “budaya malu merokok di tempat umum”. Akan lebih efektif bila kampanye ini digalakkan bersamaan dengan kampanye "jangan takut menegur mereka yang merokok di tempat umum”. Sebagai sosok yang paling banyak terkena imbasnya, sudah seharusnya perokok pasif meminimalisasi efek-efek negatif terhadap kesehatan dirinya yang bukan diakibatkan oleh dirinya sendiri.

Yang bisa Anda lakukan:
* Selalu katakan pada diri sendiri, "Saya berhak mendapatkan udara yang bersih!"
* Jika di kantor belum ada aturan khusus larangan merokok di ruang kerja, jangan takut untuk mengusulkan kepada pimpinan demi kepentingan bersama. Bukankah jika karyawan sehat, perusahaan juga yang diuntungkan?
* Jika ada anggota keluarga yang merokok, buatlah aturan tegas tidak merokok dalam rumah. Mintalah mereka merokok di teras atau taman sehingga asap rokok langsung keluar ke udara bebas.
* Jauh lebih baik membujuk anggota keluarga untuk tidak merokok. Misalnya dengan memberi gambaran seandainya terkena penyakit serius yang membutuhkan biaya pengobatan tidak sedikit. Cara ini cenderung lebih ampuh dibanding menakut-nakuti mereka akan bahaya kematian akibat merokok.
* Tegurlah dengan sopan orang yang merokok di kendaraan umum ataupun di fasilitas umum lainnya. Ini jauh lebih efektif ketimbang menyindirnya dengan berpura-pura batuk atau mengibaskan tangan.
* Jika si perokok marah karena tidak berkenan ditegur, ya sudah, tinggalkan saja. Tetapi bukan berarti kita lantas kapok. Bagaimanapun, kita tetap harus bersikap asertif untuk ikut “mendidik” masyarakat.
* Jika Anda tak punya keberanian untuk menegur si perokok, mintalah bantuan orang lain yang lebih disegani, semisal satpam atau pengelola gedung/ruangan tersebut, untuk menegur si perokok.

Narasumber: Dr. Widyastuti Soerojo, MSc., dari Tobacco Control Support Centre - Ikatan Ahli Kesehatan Masyrakat Indonesia (IAKMI)

Subjektivitas Membaca Puisi

Ini merupakan rangkaian terakhir dari 5 tulisan saya mengenai kesusastraan Indonesia. Untuk hanya sekedar mengingatkan kembali, tulisan yang sebeleumnya yaitu :
1. Subjektivitas—Objektivitas Esai, dapat diklik di sini http://public.kompasiana.com/2009/08/11/subjektivitas%E2%80%94objektivitas-esai/
2. Fenomena Kritik…, dapat diklik di sini http://public.kompasiana.com/2009/08/07/fenomena-kritik/
3. Mengembangkan Khazanah Sastra, dapat diklik di sini http://public.kompasiana.com/2009/08/07/mengembangkan-khazanah-sastra/
4. Minimnya Apresiasi Sastra dalam Dunia Pendidikan dan Media, dapat diklik di sini http://public.kompasiana.com/2009/07/13/minimnya-apresiasi-sastra-dalam-dunia-pendidikan-dan-media/

Puisi pada hakikatnya adalah penciptaan yang lahir dari sebuah perasaan dibarengi dengan gaya pemikiran penulisannya yang kemudian dibalut bersama kreatifitas imajinasi juga metafora. Penyair adalah seorang spesialis. Puisi-puisi yang ditulisnya dibaca atau tidak oleh khalayak umum bukanlah suatu persoalan yang besar. Namun demikian yang lebih terpenting bagi seorang penyair dalam menuliskan buah perasaanya ke dalam bait-bait puisi adalah kepuasan batin, kepuasan yang mungkin akan sulit dinikmati oleh orang biasa yang bukan pecinta puisi. Kepada para penyair janganlah pernah merasa miris terhadap berbagai dinamika yang berkembang saat ini. Memang terkadang pencapaian karya puisi hanya dapat dinikmati dan dihargai secukupnya oleh segelintir kalangan yang paham akan sebuah instuisi puisi. Tak jarang pula menjadi setombak menara gading yang tersingkirkan ke dalam splending isolation. Mari kita berbesar hati saja ibaratnya puncak pohon yang menjulang tinggi, benar akan merasakan sepi sendiri di udara terbuka, yang daun-daunnya harus mampu bertahan menghadapi terpaan, hujatan, angin dan topan.

Merenungi berbagai kecamuk yang merengek dalam belantara jiwa, penulis puisi dituntut untuk dapat mengekspresikan segala instuisi batinnya menggelorakan imajinasinya, menguraikannya ke dalam bait-bait puisi. Puisi diharapkan mampu menerobos formalisme bahasa yang pada gilirannya nanti membuatnya menjadi ekspresi yang personal sekali.

Kata-kata yang dilepaskan dari tautan-tautan resmi khasanah perbahasaan dengan ikatan maksud dan maknanya, sehingga kata-kata yang tertuang pada guratan puisi itu dibebaskan untuk mencari dan menunjukkan maknanya sendiri. Seorang intelektual dalam bidang sastra yang selalu berpikiran clear dan distinct.

Ignas Kleden dalam “Godaan Subyektifitas”, (Horison, Januari 2004, hal-29-30) menggaris bawahi “Kredo”nya Sutardji Calzoum Bachri “Sutardji Calzoum Bachri, memaklumkan pembebasan atau dekolonisasi kata-kata dari penjajahan konsep-konsep. Kata-kata bukanlah para budak yang harus memikul beban pengertian kian kemari, melainkan adalah mahluk merdeka yang dapat dan harus menentukan dirinya sendiri. Penyair bukanlah orang yang memakai kata-kata sebagai alat, melainkan orang yang bergaul akrab dengan kata-kata yang dibiarkannya bergerak bebas. Penyair tidaklah mendiktekan perintah atau instruksi tentang apa yang harus dimaknai oleh sebuah kata, melainkan membantu dan merangsang kata tersebut untuk menemukan maknanya sendiri atau mencopot kembali makna tersebut sekendak hatinya. Kenyataan ini dilukiskan oleh penyair Sutadji Calzoum Bachri dengan cara yang demikian radikal, sehingga penyair tidaklah dianggapnya sebagai pencipta makna kata-kata, tetapi hanya menjadi medium perjumpaan kata-kata dengan maknanya. Mungkin karena paham seperti inilah Sutardji Calzoum Bachri berpendapat bahwa fungsi puisi kurang lebih sama dengan fungsi sebuah mantra dalam komunitas-komunitas tradisonal. Kalau seorang dukun atau seorang perantara menjadi medium bagi kata-kata untuk menemukan kekutannya yang performatif, maka penyair menjadi medium bagi kata-kata untuk menemukan kekuatan ekspresifnya. Keberhasilan mantra diukur berdasarkan efektifitas bahasa, sedangkan keberhasilan puisi diukur berdasarkan simbolisme bahasa”.

Bahasa puisi mengedepankan kebebasan, sebebas tujuan pemaknaannya yang bergelayut kesana kemari, yang menyebabkan pembacanya pun bebas menafsirkan puisi dari sudut manapun yang pembaca sukai dan kehendaki. Seorang penyair seyogyanya memproduksikan makna, makna puitis dalam puisi-puisi yang bisa diimplementasikan dalam wacana umum yang lebih luas, bebas, tak terikat. Menciptakan sebuah puisi tidak bisa didasarkan pada sutu desain, kerangka perencaan, seperti membuat miniatur gedung-gedung pencakar langit, akan tetapi puisi muncul karena proses yang telah matang dalam diri seorang penyair.

Faktor subyektifitas inilah yang paling mempengaruhi kualitas puisi-puisinya. Jika diibaratkan dengan bunga, pupuk, air dan perawatan dari penanamnya selalu diperlukan oleh bunga, agar waktu mekarnya kembang dapat mengahasilkan dan menyebarkan wangi yang semerbak. Kalau ada penulis puisi yang menuliskan puisinya dengan cara dan mencoba mendesain rencana puisinya dengan menggunakan metode tertentu, seperti halnya menulis sebuah karangan ilmiah, pastilah kesannya akan lucu dan ditertawakan para pecinta puisi.

Boleh saja kita menengok, mempelajari, memahami, mengerti, memafhumi beberapa kaidah penulisan karangan sastra, yang mungkin pernah diperoleh di sekolah menengah (SMP/SMU) atau mungkin di perguruan tinggi, melalui mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia atau apapun namanya yang berkaitan dengan sastra. Oleh karena itu mari untuk sejenak saja kita menilik beberapa kaidah penulisan sastra tersebut, seperti tema, diksi, irama, enjabemen, majas, rancang bangun dan sebagainya, ini berlaku untuk penulisan puisi. Atau, tema, alur penokohan, latar, sudut pandang dan sebagainya juga, untuk menulis sebuah cerpen dan novel. Akan tetapi hal tersebut di atas bukan menjadikan suatu keharusan dalam meuliskan puisi dengan menggunakan metode-metode tersebut. Kita bisa saja lepas bebas dari semua kaidah itu, apabila kita sudah mampu mengekspresikan, mengimplementasikan daya kreatif dan imaji kita untuk mencipta dan melahirkan sebuah puisi yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh para pembaca dan pecinta puisi lainnya. Intinya proses kematangan dirilah yang akan banyak mempengaruhi berbobot tidaknya puisi itu.

Banyak sekali penyair yang mengungkapkan dan melakukan pemilihan kata-katanya dengan menghadirkan frase yang memiliki makna yang berlainan dengan makna harfiahnya sendiri. Untuk mendukung pernyataan ini saya gambarkan sebuah contoh, seperti : “Derai rintik bercakap dengan mendung”, ambilllah kata “rintik” dan “bercakap”, jika kata-kata itu diartikan satu-persatu, maka akan segera ditemukan makna kamusnya (leksikal) dan itu adalah kata denotatif. Akan tetapi ketika kata-kata itu menjadi suatu rangkaian kata yang satu, jadilah ia frase konotatif yang maknanya tidak lagi leksikal, namun makna tersebut hanya dapat ditemukan dalam puisi itu sendiri (gramatikal).

Makna gramatikal ini terbentuk karena adanya kiasan, yang mana berfungsi untuk menghadirkan sebanyak mungkin kemungkinan makna dari deretan kata atau ungkapan atau juga sebuah susunan kalimat. Dalam puisi kita akan sering menjumpai metafora dan simile. Metafora merupakan suatu bentuk perungkapan perbandingan yang bersifat implisit, di mana makna yang sebenarnya akan tersembunyi di dalam makna harfiahnya atau hanya tersirat. Sedangkan simile merupakan suatu bentuk perungkapan perbandingan yang bersifat eksplisit, yang mana biasanya penggunaan kata-katanya menggunakan konjungsi (semisal, seperti, sebagai, serupa). Sekedar menyebutkan beberapa contoh penggunaannya, dan hal ini pula seringkali ditandai dengan penggunaan morfem se.

Pada dasarnya kiasan yang baik sangat ditentukan oleh bagaimana seorang penyair membangun bentuk-bentuk perbandingan untuk mencapai efek puitis yang dikehendakinya, seperti mendayagunakan metafor dan simile tersebut di atas.

Kembali pada topik bahasan kita, yaitu mengenai sosok subyektifitas puisi yang menitikberatkan pada peran kejiwaan yang matang pada diri seorang penyair dalam menghamparkan puisinya. Kita akan coba kembali mengutip tulisan Sutadji Calzoum Bachri, “Penyair dan Telornya” (Bentara, Kompas, 2 November 2001, hal-44) yaitu : “Puisi sebagaimana halnya imajinasi adalah upaya pembebasan dari realitas, karena itu dia membutuhkan realitas. Eksistensi imajinasi hanya mungkin bila terpaut dengan realitas”.

Maaf mungkin saya hanya sedikit mengulas tentang teori-teori penulisan puisi yang hanya sekedarnya saja itu, karena tidak lain ini merupakan keterbatasan saya dalam memahami teorinya, jika para pembaca memiliki teori atau apapun yang berlebih, bolehlah kiranya berbagi, memberikan sumbangsihnya kepada saya.