Senin, Juni 29, 2009

Hari Ulang Tahun

HARI ULANG TAHUN

Ulang tahun adalah hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam beberapa kebudayaan, merupakan suatu kebiasaan untuk merayakan peringatan ulang tahun seseorang, contohnya dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga dan atau teman. Hadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Juga merupakan suatu kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulang tahunnya. (wikipedia)

Ulang tahun, ya, setiap tahun kita pasti selalu menantikan saat-saat ulang tahun tersebut, karena di dalamnya ada perayaan yang diliputi perasaan istimewa dengan sebuah pesta (besar atau kecil, mewah maupun sederhana, dengan nyanyian ataupun dengan lantunan dzikir atau jenis sebutan lainnya), yang pasti di dalamnya juga terdapat kegembiraan, ada kesenangan dan kebahagiaan, dan seharusnya pula ada kesyukuran yang terlebih lagi terhadap sang pencipta kita, yang maha hakiki dan yang maha abadi pula yaitu Allah SWT. Karena-Nya kita ada di dunia ini, karena-Nya pula kita bisa menikmati hidup dengan bahagia, semua karena nikmat dan karunia-Nya.

Bulan juni adalah bulan yang penuh sejarah dan kenangan bagi saya, bagaimana mungkin tidak disebut sebagai sesuatu yang bersejarah dan bermomen istimewa, jika di dalamnya terdapat beberapa hari ulang tahun, dari owner tempat saya bekerja (19 Juni 1964), temen-temen baik saya dan saya sendiri yang berulang tahun di bulan ini.

Ketika saya masih bekerja dan berdomisili di Bandung tahun 2007, saya bertemu dengan seorang rekan kerja di Electronic City, hari ulang tahunnya bertepatan sekali dengan tanggal kelahiran saya, kemudian berlanjut ketika saya berkenalan dengan seorang teman dari Bogor pada tahun 2008 yang merupakan Direktur Utama salah sebuah Bank swasta di Indonesia, sungguh takjub, hari ulang tahunnya sama persis dengan tanggal kelahiran saya.

Sungguh Allah menciptakan mahluk ke dunia tidaklah dengan percuma dan sia-sia, semua mempunyai arti dan nilai yang sangat bermakna, bagaimana tidak, gambarannya adalah saya sendiri ketika dipertemukan dengan teman-teman istimewa tersebut. Dulu saya beranggapan mungkin orang yang mempunyai hari kelahiran yang sama dengan saya banyak, tetapi untuk dipertemukan dan menjadi teman yang akrab, saya tidak pernah menduga jauh sebelumnya.

Keniscayaan akan lahir dan tetap bersama untuk setiap mahluk di dunia yang pandai bersyukur atas semua nikmat yang telah direguknya. Selamat ulang tahun teman-temanku Yuni Ramadhani (26 Juni 1982), Juwita Angela (30 Juni 1982), Yudhi Saptadibrata (30 Juni 1964) dan pastinya saya sendiri juga ya…pada hari dan tanggal yang sama pula 30 Juni/5 Sya’ban, dan Eko Wahyudi (30 Juni 1992, peserta praktek industri di tempat saya bekerja). Dan untuk semua teman yang lain yang terlahir pada hari apapun, bulan apapun, tahun berapun, selamat hari ulang tahun.

Semoga rahmat Allah SWT selalu menyertai kita semua sehingga kebahagiaan dan kesuksesan selalu bersama kita. Momen kebersamaan dalam pertemanan dan ketika kita dipertemukan pada hari ulang tahun yang sama masih dalam bingkai yang membahagiakan dan tetap terkenang. Semoga Allah SWT senantiasa menyertai kita, Amin.

Laa Tahzan, Innallaha Ma’ana.

Kamis, Juni 25, 2009

Sungguh Sayang...

Hari senin tanggal 22 Juni saya membaca kompas.com. saya menemukan sebuah artikel yang berjudul “Celaka, Masyarakat Indonesia Ternyata Tidak Tahu Fungsi Hutan”. Tulisan aslinya dapat dibaca di sini

Budaya cinta lingkungan seperti menanam pohon dan membersihkan halaman harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dalam perkembangannya tidak menjadi hal yang mudah dilupakan.

Hal itu dikatakan salah seorang staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Jayapura, Yunus Paelo, di Jayapura, Senin (22/6), menanggapi banyaknya kasus pembabatan hutan yang terjadi di Papua.

Ia menjelaskan, perkembangan sosial ekonomi yang saat ini terjadi membuat hutan menjadi terbabat habis sehingga untuk melestarikan kembali alam yang rusak itu perlu ditanamkan budaya menanam untuk generasi penerus sejak dini.
“Hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, di sini dituntut peran dan bimbingan dari para orangtua dan guru di sekolah untuk memberikan mereka pemahaman tentang pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan,” katanya.

Yunus menambahkan, perubahan iklim global yang terjadi saat ini sudah menjadi suatu bukti konkret sebagai akibat dari rusaknya lahan dan hutan, di mana masyarakat hanya menebang pohon tanpa melakukan penanaman yang baru.

“Kalau sejak usia dini sudah berikan pemahaman dan pengetahuan seperti jika menebang pohon maka harus diimbangi dengan penanaman yang baru, ke depan diharapkan akan terwujud penghijuan,” ujarnya.

Pemerintah sudah seringkali memberikan imbauan dan larangan bagi warga, terutama yang bermukim sekitar hutan dan para perambah hutan liar, agar tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan, tetapi yang menjadi alasan adalah masalah ekonomi.

“Di sinilah masalahnya, di mana belum ada kesadaran masyarakat Indonesia tentang fungsi hutan itu sendiri,” paparnya.

Ia menuturkan, dirinya memandang perlu adanya permasalahan lingkungan yang dimasukkan mata pelajaran, seperti muatan lokal pada semua tingkat pendidikan.

“Kalau masalah ini tidak secara berkesinambungan dilaksanakan, maka dikhawatirkan hutan kita akan rusak total,” tambahnya.

Sangat amat disayangkan sekali jika masyarakat tidak tahu sama sekali fungsi hutan sebagai salah satu kesinambungan ekosistem yang menjaga keberlangsungan masyarakat dan habitat manusia itu sendiri, tetapi kenyataanya seperti itulah. Kita sebagai bangsa yang beradab tentunya terhadap alam juga, mari menjaga lingkungan dengan bijak dan melestarikan keeolokan alam kita, salah satunya HUTAN!

Selasa, Juni 23, 2009

Kahlil Gibran Sang Maestro


Ketika suatu cinta sudah tertanam dan bersenandung dalam relung hati dan kedalaman jiwa kita, tak terelakkan raga kita akan turut larut pula dalam alur cinta yang menguasai diri kita tersebut. Di antara keriuhan yang bergemuruh dalam sukma itu, peran karya sastra akan terasa penting dalam meng-ejawantah-kan segala sesuatu yang mengaliri darah kita. Hal ini juga sebagaimana direfleksikan oleh seorang Kahlil Gibran sebagai seorang penyair, pelukis, filofof besar dunia. Cinta serta kegalauan yang demikian itu cukup banyak tersirat dan tersurat dalam berbagai jenis karya sastra yang telah Gibran ciptakan. Dimulai dari karangan puisinya, logat pemikirannya dan gaya lukisannya, sampai kepada sikap, perilaku kehidupan pribadinya.

Sebelum lebih jauh kita mendalami bara cinta dalam seorang Kahlil Gibran, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu siapa dia, sehingga mampu melahirkan berbagai karya yang sedemikian hebat dan memikat. Karya-karyanya dapat kita baca dan nikmati sampai kini, tak lekang oleh waktu dan dimakan zaman. Seolah-olah bara cinta yang Gibran tuangkan dalam sebentuk sastra tiada pernah padam.

Kahlil Gibran lahir pada tanggal 06 Januari 1883 dekat Holy Cedar Grove—semak cedar berduri yang suci—di tepianWadi Qodisha—lembah kudus atau lembah suci—dalam sebuah kota Beshari, Lebanon. Gibran terlahir dari seorang ibu yang merupakan anak dari seorang pendeta bernama Istiphan Rahmah. Kamilah—nama ibu Kahlil Gibran—ketika menikah dengan ayahnya Kahlil Gibran sudah mempunyai seorang putra yang bernama Boutros, hasil dari perkawinannya yang pertama dengan Hanna Abdes-Salaam Rahmah.

Kahlil Gibran mempunyai dua orang adik perempuan, dan satu kakak tiri laki-laki. Sekitar rahun 1885 adik perempuan pertama Gibran terlahir, bernama Miriana, disusul dua tahun kemudian adik perempuannya yang kedua terlahir pula bernama Sulthanah. Kurang delapan tahun setelah Sultanah terlahir, pada tahun 1895, keluarga Gibran berimigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Cina Town, Boston. Sementara ayahnya tidak turut serta dan memilih tetap tinggal di Libanon. Baru sekitar 1897 Gibran kembali lagi ke Libanon.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, Gibran mengikuti kursus yang cukup intensif di sekolah Al-Hikmah Libanon. Gibran mempelajari berbagai macam mata pelajaran di luar kurikulum sekolah, Kahlil Gibran cenderung lebih memilih membenamkan dirinya ke dalam kesusastraan Arab, baik yang kuno maupun yang modern. Salah satu keseriusan Gibran dalam menggeluti kesusastraan Arab adalah dengan aktif menggiatkan munculnya kesusastraan kontemporer Arab.

Dua tahun setelah Gibran berada di Libanon, saat datangnya liburan musim panas di Beshari, Gibran mengalami jatuh cinta yang cukup serius dengan serang perempuan muda yang cantik bernama Selma, putri dari salah seorang teman terdekat ayahnya. Gibran menggambarkan kisah cintanya itu dalam bentuk semi otobiografi yang berjudul Al-‘Ajnihah Al-Mutakassirah—The Broken Wings (Sayap-sayap patah).

Buku karya Kahlil Gibran yang sangat popular tersebut, ditulisnya pada musim gugur ketika dalam perjalanannya kembali ke Boston. Kali ini Kahlil Gibran sebelum ke tujuan utamanya yaitu Boston, melewati kota Paris terlebih dahulu untuk sekedar melihat keindahan dan berbagai keunikan, keberagaman karya seni kota Paris.

Dalam salah satu filosofinya Gibran mengungkapkan dalam bahasa kepuitisannya bahwa; “Setiap kecantikan atau pun keagungan di dunia ini dihasilkan berkat pemikiran atau perasaan dalam diri manusia. Segala sesuatu yang dibuat generasi terdahulu yang kita lihat kini sebelumnya merupakan pikiran dalam otak laki-laki atau getar perasaan dalam hati perempuan.”

Pemikiran yang berdasarkan cinta, selalu Gibran dengungkan melalui setiap berbagai karyanya. Ungkapan di atas merupakan wujud cinta yang Gibran paparkan. Di sana Gibran mencoba mengungkap cinta yang terlahir antara cintanya seorang laki-laki yang lebih mengedepankan logika dari otaknya. Sedangkan cinta seorang perempuan lebih banyak menyodorkan tentang perasaan, nurani dan nalurinya untuk meraba hasrat cinta.

Beberapa tahun kemudian Gibran kembali lagi ke Libanon sebagai pemandu jalan/wisata yang sekaligus sebagai penerjemah bagi satu keluarga Amerika. Pada saat itu pula tahun1902, Gibran mendengar berita kematian adiknya Sulthanah dan sakit keras yang menimpa ibunya, sehingga Gibran segera kembali lagi ke Boston untuk menjenguk keluarganya. Di tahun berikutnya, pada bulan Maret 1903 kakak tirinya, Boutros meninggal dunia, yang tiga bulan kemudian disusul oleh kematian ibunya. Keluarga Gibran meninggal akibat tuberkolosis, sehingga di Boston Gibran tinggal berdua saja dengan adiknya Miriana.

Keseriusan Gibran dalam bidang seni yang ditunjang pula oleh bakat alamnya yang besar, menarik perhatian seorang fotografer ternama kala itu, Fred Holland Day, yang menjadi pendukung pertama. Pada Januari 1904 Gibran mengadakan pameran lukisan pertamanya disertai dengan gambar dirinya. Pameran itu sendiri diadakan di studionya Fred Holland Day.

Dalam pameran yang kedua, yang diadakan bulan Februari, Gibran membuka pamerannya di Cambridge School, yang merupakan lembaga pendidikan swasta yang dimiliki dan dikelola langsung oleh Mary Haskell. Mary Haskell adalah teman terdekat Gibran yang berperan juga sebagai pelindung dan sponsornya dalam setiap kegiatan kesusastraanya.

Di Cambridge School, Gibran berjumpa dengan seorang perempuan muda yang cukup impulsive dan terbilang sangat cantik berasal dari Perancis, bernama Emilie Michel, yang di kalangan teman-temannya dipanggil Micheline. Gibran sempat jatuh cinta pada perempuan tersebut. Berikut ungkapan cinta mistik Gibran ;

“Wahai yang diungkapkan jiwa dan yang disembunyikan oleh malam…wahai roh yang indah, yang melayang-layang di langit mimpiku, engkau telah melewatiku seperti hembusan angin, membawakan bagi diriku yang lapar wewangian bunga syurga; engkau telah menyentuh inderaku dan membuatnya gelisah serta bergetar seperti dedaunan. Izinkanlah aku melihatmu sekarang kalau engkau manusia, atau perintahkanlah tidur untuk menatap mataku agar aku dapat melihat kebesaranmu lewat bathinku. Izinkanlah aku menyentuhmu; izinkanlah aku mendengar suaramu. Singkapkanlah selubung yang menutupi keseluruhan maksudku, dan hancurkanlah dinding yang menyembunyikan keilahianku dari mataku, lalu pasanglah sepasang sayap pada diriku agar aku bisa terbang di belakangmu menuju ruang-ruang alam semesta yang tinggi. Atau sihirlah mataku agar aku dapat mengikutimu menuju penyergapan Jin kalau engkau adalah salah seorang mempelai wanita mereka. Kalau aku layak, letakkanlah tanganmu pada hatiku dan kuasailah hatiku.”

Sebenarnya ungkapan di atas bukanlah pernyataan Gibran tentang cintanya pada seorang perempuan yang berasal dari Perancis tersebut, atau pastinya tidak ada kaitannya dan hubungannya dengan kejatuh hatianya saat di Cambridge School. Hal ini hanya merupakan senandung cinta Gibran yang sedikit berbau/beraroma mistik, dan sengaja saya petikkan untuk para pembaca, mengingat kedalaman imajinasinya Gibran akan sebuah cinta.

Gibran pun pernah menjalin hubungan cinta yang sastrawi dengan seorang penulis Libanon yang tinggal di Mesir, bernama May Zaidah. Jenis hubungan ini sangat unik pada masanya, karena sebuah perkenalan dan cinta yang hanya lewat surat-menyurat dan berlangsung kurang lebih selama dua puluh tahun. Hakikat yang mereka peroleh sebenarnya semacam suatu keintiman dan harmoni pemahaman yang langka, yang hanya mampu diputuskan oleh kematian Gibran.

Telah banyak karya tulis yang sudah Gibran bukukan dan diterbitkan, di antaranya yang paling popular adalah : Sang Nabi (The Prophet), Sayap-sayap Patah (Al-‘Ajinhah Al-Mutakassirah—The Broken Wings), Yesus Anak Manusia (Jesus the Son of Man). Yang disebut terakhir ini adalah karyanya yang terpanjang dan fenomenal, karena ditulis oleh Gibran yang notabene masih mempunyai garis keturunan dari pendeta Nasrani.

Kahlil Gibran meninggal dunia pada hari Jum’at 10 April 1931 di St. Vincent Hospital, New York, setelah sakit berat dan berlangsung cukup lama. Gibran meninggal dunia akibat terkena sirosis hati dengan tuberkolosis awal dalam sebelah paru-parunya. Sebelum meninggal Gibran sempat menulis dua buah buku sastra, Wonderer (Peziarah) yang sudah diselesaikannya, dan baru diterbitkan pada tahun 1932 setelah Gibran tiada. Sedangkan satunya lagi, Garden of The Prophet (Taman Sang Nabi) yang belum selesai sepenuhnya ditulis oleh Gibran, sehingga dalam garapannya dilengkapi oleh Barbara Young, penyair Amerika yang pernah menemani Gibran selama tujuh tahun terakhir. Karya tersebut baru beredar sekitar tahun1933.

Jumat, Juni 19, 2009

Kawah Putih



Keren juga ya nampang di kawasan Kawah Putih Ciwideuy

Senin, Juni 08, 2009

Aku Paling Benci Sama Perokok

Meskipun hari tanpa tembakau sedunia sudah lewat yaitu pada tanggal 31 Mei lalu, tapi berbicara tentang rokok saya pikir bukanlah sesuatu yang sudah terlewat bukan?...
Merokok awalnya adalah coba-coba dan setelah itu ketagihan. Orang-orang perokok pada umumnya karena ingin dianggap lebih dewasa, atau karena pergaulan atau alasan lainnya. Perokok adalah mereka-mereka yang berjiwa kecil dan masih belum dewasa karena menganggap dengan rokok mereka menjadi dewasa. Jelas pemikiran mereka telah salah dari awal karena bisa dianggap mereka sangat sedikit menggunakan “otak”. Perokok adalah mereka yang membutuhkan persahabatan tapi tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya, persahabatan tidak harus dibeli dengan mengorbankan paru-paru sendiri atau paru-paru teman. Perokok adalah mereka-mereka yang tidak berpikiran maju dan panjang. Secerdas apapun mereka, tetap saja mereka tidak menghargai kesehatan orang-orang sekeliling yang terkontaminasi dengan asap rokok yang mereka tebarkan. Perokok merupakan orang-orang yang tidak menghargai nikmat sehat, membuang-buang anugerah kesehatan yang diciptakan Allah, mereka kufur nikmat dan karenanya walau mereka itu ustadz tetap saja sangat diragukan keilmuannya.
Masih banyak lagi hal-hal yang merugikan dari merokok dan tabiat para perokok. Lihat saja bagaimana mereka membuang puntung rokok di sembarangan tempat. Bagaimana mereka seenaknya merokok di halaman rumah sakit yang jelas-jelas melarang untuk merokok, dan perokok yang tega mengorbankan anak-anak kecil mereka sedini mungkin untuk tidak sehat.
Kecanduan rokok (adiksi nikotin) adalah permasalahan serius yang dihadapi dunia termasuk Indonesia, di mana terdapat 62,800,000 atau lebih mungkin (belum ada data yang valid) perokok di Indonesia yang sulit menghindari dan mencegah kecanduan rokok meskipun berdampak negatif bagi kesehatan baik fisik maupun mental psikologis, sosial dan ekonomi si perokok, keluarga dan lingkungannya.
Menurut data WHO pada 2008, sebanyak 5,4 juta orang diperkirakan meninggal akibat rokok di dunia. Dan saat ini, di kawasan ASEAN ada 124 juta orang dewasa yang merokok, di mana sebanyak 46% berada di Indonesia. Dalam daftar negara konsumen rokok terbesar 2002, Indonesia berada pada posisi kelima dunia dengan konsumsi 208 miliar batang per tahun. Indonesia hanya kalah dari negara-negara kaya seperti Tiongkok yang melahap 1.634 triliun batang, Amerika dengan 451 miliar batang, Jepang dengan 328 miliar batang, dan Rusia 258 miliar batang. Dengan tingkat konsumsi tersebut, tak heran bila 69% pria di Indonesia adalah perokok aktif, angkat itu tertinggi di Asia, seperti Tiongkok yang 53,4%, India 29,4% dan Thailand 39,3%. Tingginya konsumsi rokok suatu negara berbanding lurus dengan tingkat kematian warganya. Ini tak lain karena dalam sebatang rokok ditemukan lebih dari 4 ribu zat kimia berbahaya dan 43 zat pemicu kanker. Dalam sebatang rokok sepanjang telunjuk itu, hampir separonya berisi zat beracun seperti hidrokarbon, karbon monoksida, logam berat, tar, dan nikotin yang memicu kecanduan.
Menurut dr. Aulia Sani, SpJP(K), Staff Pengajar di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, Presiden Perkumpulan Vaskuler Indonesia dan Anggota Dewan Pembina Yayasan Jantung Indonesia (YJI) menjelaskan, ”Nikotin adalah sebuah komponen yang menyebabkan kecanduan (adiksi) 5 - 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia dari pada kokain dan morfin. Oleh sebab itu, amat sukar bagi perokok untuk dapat berhenti jika tanpa bantuan dalam bentuk dukungan dari orang-orang sekitar serta bantuan farmakologi. Jika keduanya dijalani, upaya berhenti merokok akan lebih efektif.“
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Bagaimana pula perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga Indonesia yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang diambil Stephen Carr Leon sederhana saja, Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal. Merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok itu keluar dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini. “Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga, museum, sekolah, kampus, angkutan umum, warnet, rumah sakit, hingga ke masjid, hidung Anda akan segera mencium bau asap rokok!. Berapa harga rokok? Cuma ...(tau sendiri la ya…). Hasilnya?... Dengan penduduknya berjumlah ratusan juta orang, cuma berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Di tangga berapakah kedudukan mereka di GNP sedunia? Apakah ini bukan akibat merokok?”…Apa yang diminta kebanyakan orang Indonesia untuk sebutan TIPS ?...“uang rokok”. Seorang buruh pasar, tukang becak, kuli & saudara-saudara kita dengan penghasilan hari ini untuk makan hari ini ketika pertama kali menerima upah apa yang dibelinya ? “rokok”. Bahkan kebanyakan mereka rela tidak sarapan asal bisa “ngerokok’…
Beberapa bahaya dan keburukan dari merokok adalah sebagai berikut :
1. Melemahkan iman dan menjauhkan diri dari Tuhan.
2. Mengurangi nafsu makan.
3. Menyebabkan penyakit TBC.
4. Menyebabkan sesak nafas.
5. Menyebabkan sulitnya pencernaan makanan.
6. Menyebabkan rusaknya hati.
7. Menyebabkan berhentinya detak jantung.
8. Menyebabkan penyakit kanker.
9. Menyebabkan batuk dan lendir.
10. Menyebabkan lemas dan kurus.
11. Menyebabkan luka lambung.
12. Menyebabkan kebakaran.
13. Menyebabkan keengganan isteri terhadap suaminya.
14. dll
Sebagai referensi tambahan bagi ummat muslim (tentunya bagi yang percaya Al-Qur’an dan Al-Hadits saja), memang tidak ada ayat atau dalil yang secara gamblang menyebutkan rokok, tetapi sebagai rujukan mungkin beberapa dalil di bawah ini bisa dijadikan salah satu acuan.
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." (An-Nisa: 29). Dan sesungguhnya rokok dapat membunuh kita dan bahkan orang lain cepat atau lambat.

"Dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195). Sungguh nyata bahwa rokok dapat menjerumuskan kita dan orang lain yang tidak merokok pun dalam kebinasaan (kematian).

“Nabi tersebut menghalalkan untuk mereka semua hal yang baik dan mengharamkan untuk mereka
semua hal yang jelek.” (QS. Al A’raf: 157). Bukankah rokok termasuk barang yang jelek, berbahaya dan berbau tidak enak?

“Janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kehancuran” (QS. Al Baqarah: 195). Padahal rokok bisa menyebabkan orang terkena berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan TBC, dll.

“Dan janganlah kalian melakukan perbuatan bunuh diri” (QS. An Nisa: 29). Padahal merokok merupakan usaha untuk membunuh diri secara perlahan-lahan.

“Dan dosa keduanya (khamr dan judi) lebih besar daripada manfaat dua hal tersebut.” (QS. Al Baqarah: 219). Demikian pula dengan rokok, bahaya yang ditimbulkannya lebih besar dari pada manfaatnya, bahkan rokok sedikitpun tidak mengandung manfaat.

“Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya
merupakan saudara-saudara setan.” (QS. Al Isra:26-27). Telah jelas bahwa merokok merupakan perbuatan boros dan menghambur-hamburkan harta benda, lebih baik dibelikan makanan atau susu anaknya, kenyataannya gizi mereka kurang karena lebih mementingkan rokok dari pada makanan yang bergizi.

“Tidak ada makanan mereka kecuali dari pohon yang berduri. Makanan tersebut tidak menyebabkan gemuk dan tidak pula bisa menghilangkan rasa lapar.” (QS. Al Ghasiyah:6-7). Demikian pula dengan rokok, tidak membuat gemuk dan menghilangkan rasa lapar, sehingga rokok itu menyerupai makanan penduduk neraka.

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR. Ahmad, shahih). Padahal rokok itu dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain serta menyia-nyiakan harta.

“Sesungguhnya Allah itu membenci tiga perkara untuk kalian, (yakni) berita yang tidak jelas, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Padahal merokok termasuk membuang harta.

''Setiap (dosa) umatku dimaafkan (akan diampunkan) kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya setiap umat Islam itu akan memperoleh pengampunan kecuali orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan, sebagaimana para perokok yang merokok tanpa rasa malu-malu, bahkan mengajak orang lain untuk berbuat kemungkaran seperti mereka.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya.” (HR. Bukhari). Bau tidak sedap karena merokok sangat mengganggu istri, anak dan tetangga terutama malaikat dan orang-orang yang shalat di masjid.

“Tidaklah dua telapak kaki seorang hamba bisa bergeser pada hari kiamat sebelum ditanya mengenai empat perkara, (yakni) tentang kemana ia habiskan umurnya ; untuk apa ia gunakan ilmunya; dari mana ia memperoleh harta dan kemana ia belanjakan ; untuk apa ia pergunakan tubuhnya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami dan Kitab Silsilah Shahihan). Padahal seorang perokok membelanjakan hartanya untuk membeli rokok yang tidak bermanfaat dan haram. Benda yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mengganggu orang lain yang berada di dekatnya.

“Barang yang dalam jumlah besarnya dapat memabukkan, maka statusnya tetap haram meski dalam jumlah sedikit.” (HR. Ahmad dan lain-lain, shahih). Padahal asap rokok dalam jumlah banyak dapat memabukkan, terutama untuk orang yang tidak terbiasa merokok; atau pada saat perokok menghisap asap dalam jumlah yang banyak maka orang tersebut akan sedikit mabuk. Hal ini telah ditegaskan oleh seorang dokter dari Jerman dan seorang perokok yang pernah mencoba, sebagaimana penjelasan di atas.

“Sungguh hal yang halal itu jelas dan haram pun juga sudah jelas. Namun di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang tidak jelas. Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara-perkara tersebut. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang tidak jelas statusnya, maka sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara yang tidak jelas, sungguh ia telah terjerumus dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat daerah larangan, ia akan segera menggembala di daerah larangan tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mungkin ada baiknya kita belajar dari seorang perokok berat yang telah berhenti merokok selama 10 tahun yaitu, Indro Warkop. Dia berkomentar, “Merokok adalah salah satu kebodohan yang saya lakukan karena tidak ada manfaatnya dan hanya menimbulkan kerugian. Pada awalnya terasa sangat sulit, tetapi ketika saya berhasil melakukannya saya merasa ini merupakan pencapaian saya yang luar biasa. Semua perokok sebetulnya tahu bahwa merokok itu sangat merugikan, akan tetapi mereka tidak pernah benar-benar menghitung betapa besarnya dampak kerugian sosial, ekonomi, kesehatan dan psikologi yang dialami sampai mereka terjebak di dalamnya. Saya ingin menghimbau semua perokok untuk stop merokok sekarang, jangan sampai melakukan kebodohan yang pernah saya lakukan.”
kebetulan saya juga adalah mantan perokok yang tidak mau terlalu lama terjebak dalam suatu kebodohan yang nyata. Apakah anda mau terus terjebak dalam kebodohan, jika anda seorang yang pintar, pastinya anda juga meninggalkan rokok.
Peace ajah…

Senin, Juni 01, 2009

Membaca, Pemikiran Manusia

Tulisan ini saya sajikan untuk memenuhi janji saya pada Bung Ichwan Kalimasada ketika mengomentari tulisannya yang telah diterbitkan di Kompasiana tentang “Kecerdasan” http://public.kompasiana.com/2009/05/26/kecerdasan/. Maaf kalau tulisan ini masih jauh dari harapan.

Kita pastinya ingat betul, wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, adalah lima ayat dari surat Al-‘Alaq yang mengandung perintah kepada manusia untuk membaca. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya membaca merupakan jendela untuk mencapai pengetahuan dan membuka berbagai dimensi keilmuan di dunia. Kegiatan membaca merupakan salah satu tabir pertama yang harus sanggup kita buka untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan lainnya.

Di Indonesia, kita mengenal Ki Hajar Dewatara sebagai pelopor pendidikan dan sebagai penghormatan terhadap beliau, hari kelahirannya diperingati sebagai hari pendidikan nasional, sehingga setiap tahunnya pada bulai Mei kita akan selalu mendapati berbagai acara yang berkenaan dengan hari pendidikan nasional tersebut.

Kita tentunya mafhum dimana salah satu kunci dasar pemegang ilmu pengetahuan adalah dengan banyak membaca berbagai jenis disiplin ilmu yang tak lain kita bisa memperolehnya dari buku. Buku merupakan jendela pengetahuan. Dengan membaca buku berarti kita sedang meneropong sebuah suasan lain di luar lingkungan dirinya. Banyak hal yang didapat ketika sedang membaca buku, dari mulai betambahnya wawasan dan pengetahuan hingga sekedar pengisi waktu luang, hiburan atau penghantar tidur.

Buku bacaan banyak tersedia mulai dari buku yang memiliki bobot ringan hingga berbobot rumit untuk dicerna dan dipahami pembacanya. Hasil membaca sangat relative, bergantung pola pemikiran dan niat pembacanya. Dengan membaca juga bias membantu membentuk kerangka berpikir—sence of reference—hingga tidak hanya sekedar penghibur suasana hati. Nilai positif dari membaca lebih banyak ketimbang nilai negative atau tidak membaca buku sama sekali.

Sementara itu, kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikirnya, sedangkan kualitas berpikir sangat ditentukan oleh kelengkapan informasi. Informasi memang bisa diperoleh di mana dan dari mana saja, akan tetapi tidak dapat dipungkiri buku dan media yang berbahasa tulis lainnya merupakan gudang informasi yang “tidak tertandingi” media lain. Di sinilah membaca menunjukkan peran pentingnya sebagai sumber informasi utama.

Membaca bisa membawa kita menjelajah waktu, menerobos masa lalu dan menerawang masa yang akan datang. Dengan membaca kita juga bisa mengetahui apa yang terjadi di zaman yang telah lewat, kita bisa mengetahui apa yang dikatakan para tokoh dunia seribu tahun yang lalu, para filosof, sastrawan, budayawan, ilmuwan dan sebagainya. Dengan banyak membaca kita mampu membuat prediksi masa depan, dan menciptakan ide-ide segar yang dapat membangun bangsa.

Membaca juga sebagai alat yang praktis untuk mempermudah mneyelesaikan banyak urusan dari berbagai fenomena yang ada. Semakin tinggi kemampuan membaca seseorang akan semakin mudah ia menyelesaikan urusan-urusannya. Hal iti karena semakin cepat dan banyak informasi yang terkumpul di dalam otaknya. Sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan dari berbagai segi dan sudut pandang yang lebih terbuka.

Membaca telah dianggap sebagai kebutuhan primer di beberapa negara maju. Mereka menganggap membaca sebagai sesuatu yang sangat diperlukan otak untuk berpikir, sama halnya dengan olahraga bagi kesehatan tubuh. Diharapakan di Indonesia pun sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai pola pemikiran yang sama dengan negara-negara yang lebih dulu maju. Tumpuan ini menjadi tanggung kita bersama dalam meregenerasi anak-cucu kita sekarang dan kelak.



Kualitas membaca
Seorang cendikiawan/akedemisi, Prof. Ahmad Slamet menemukan di kalangan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, rata-rata kecepatan mereka 200 kata permenit. Bandingkan dengan kecepatan membaca orang Amerika yang 1.000 kata permenit di kalangan mahasiswa dan kaum cerdik cendikianya.

Walau memang belum ada penelitian yang tuntas, menurut para ahli kebiasaan membaca sangat erat kaitannya dengan kecepatan membaca. Hal ini bisa menjadi tolok ukur kualitas kebiaasaan membaca sebuah masyarakat. Bagaimana dengan kualitas baca masyarakat kita? Dapat dibayangkan dari kaum terpelajarnya saja sangat minim apalagi masyarakat secara keseluruhan.

Secara kuantitas daya serap masyarakat terhadap buku sesungguhnya sangat tinggi dan potensial. Untuk tingkat pelajar pada level terendah misalnya taman kanak-kanak dan sekolah dasar saja, di sana terdapat jutaan siswa yang setiap tahun dapat menyerap buku cetak (kurikulum) tertinggi dari seluruh jenis buku bacaan yang ada di Indonesia. Pasar buku bacaan seperti ini masih menduduki peringakt tertinggi dari seluruh buku yang beredar, begitu yang dikatakan Bambang Trim—seorang penulis buku “Menggagas Buku”.

Indikasi
Ada beberapa indikasi belum tercapainya kualitas membaca masyarakat kita. Pertama, kebiasaan membaca belum sampai menyentuh hakikat membaca itu sendiri. Kebiasaan membaca yang menekankan pada “seni membaca” atau “rutinitas” telah menjadi tradisi masyarakat dan bahkan dilombakan, misalnya MTQ atau sejenisnya. Kedua, ketidakseimbangan atau ketidakmerataan jenis bacaan yang beredar antara jenis hiburan, pengetahuan dan sebagainya, menumpuk pada satu jenis tertentu. Atau cenderung bacaan berkembang mengikuti trend yang kadang tidak memilki nilai pendidikan untuk masyarakat.

Ketidakseimbangan ini pun dapat terjadi akibat prediksi penerbit yang kurang tepat dalam melemparkan gagasan buku sehingga dinilai kurang populer, sebagaimana diungkapkan Rusdy Hamka—seorang pemerhati perbukuan di Indonesia—atau bisa juga akibat mengedepankan nilai komersialitas daripada idealisme bacaan. Ketiga, daya serap masyarakat terhadap media bacaan yang dikonsumsi lebih banyak bernilai hiburan.

Lebih lagi “media tulis” selain buku atau bahkan buku itu sendiri sering menyajikan hal yang sensasional, bertujuan membentuk opini public atau cenderung “provokatif”, daripada penyuguhan idealisme bacaan itu sendiri.

Beberapa indikator tersebut sangat rumit untuk dituntaskan dalam waktu yang cepat. Rasanya kondisi itu telah mengakar pada masyarakat pembaca di Indonesia. Penanganan hal tersebut perlu perhatian serius dari semua pihak. Termasuk ada kemauan keras—goodwill—dari para pengambil keputusan atas masalah ini. Kerjasama yang baik antara penerbit, distributor/supplier, toko buku dan masyarakat pembaca sendiri yang harus dilakukan secara konkret dan berkesinambungan.

Memulai sesuatu yang baru dan benar memang sulit, tetapi tidak ada kata terlambat untuk membangun kepedulian dalam penyajian bacaan yang bermutu daripada tidak sama sekali dan berkutat terus menerus menghukumi keadaan. Beberapa toko buku baik yang berskala besar hingga pedagang lapak buku terlihat sudah melakukan perubahan mendasar, seperti menu bacaan yang dipajang, kualitas dan kuantitas menu yang diperbanyak dan beragam dan tentunya baik dan benar. Persoalan selanjutnya akan kembali pada masyarakat baca itu sendiri.

Jenis bacaan
Penting kiranya masyarakat pembaca mengetahui kategori bacaan yang berkembang di masyarakat. Bambang Trim mengemukakan bahwa terdapat 14 kategori buku yang biasa dikonsumsi masyarakat, sebagian diuraikan berikut :

Buku anak-anak (children’s book). Jenis bacaan ini termasuk salah satu yang diminati. Nilai pasarnya mencapai tujuh triliun rupiah. Angka yang fantastis! Peminat buku ini biasanya berusia antara tiga hingga tujuh belas tahun. Jenis bukunya beragam dari bacaan bergambar tanpa kata—wordless picture book—hingga cerita petualangan dan humor serta cerita-cerita legenda dri suatu daerah atau negara.

Buku agama (religius book). Akhir-akhir ini bacaan agama menjadi pilihan utama saat berkunjung ke outlet-outlet buku di Indonesia, sejalan meningkatnya penjualan buku jenis ini di seluruh pasaran buku di Indonesia. Sehingga banyak pula pengusaha islam yang membuka toko buku, yang khusus menjual buku-buku agama. Seiring dengan arus informasi yang mengalir deras dari luar negeri merambah dunia bacaan negara kita, penulis dari luar nampaknya lebih disukai dari pada penulis lokal. Sekali lagi mutu tulisan dan nama penulis tidak hanya menjadi pertimbangan, juga penerbit dalam pemilihan buku untuk dibaca. Pasar bacaan agama menduduki kedua setelah buku pelajaran sekolah (kurikulum). Pembaca sangat familiar dengan penulis buku-buku agama seperti : DR. Yusuf Al-Qardawi, Syek bin Baz, DR. Husein Haikal Said Hawa, As-Syahid Said Qutub dan adiknya DR. Muhammad Qutub, dsb. Untuk level nasional kita mengenal nama-nama Toto Tasmara, Ir. KH. Abdullah Gymnastiar—Aa Gym, Nurcholis Majid—alm, Quraish Shihab, Fauzil Adhim, KH. Mustofa Bisri, dsb.

Buku kiat (how to book). Orang yang penuh dengan kreatifitas lebih sering membaca buku jenis ini. Misalnya orang yang ingin tahu cara memperbaiki computer, mobil, motor atau apapun akan mencari jenis bacaan ini.

Buku pengembangan diri (self-improvement). Jenis bacaan yang menawarkan ide-ide perbaikan diri supaya hidup lebih baik dan berkualitas. Pembaca akan mengenal nama penulis yang produktif menawarkan ide-idenya, seperti Daniel Goleman, Stephen R Covey, Bobby De Porter. Untuk penulis lokal kita kenal nama Ary Ginanjar (dengan buku best sellernya : ESQ & Power ESQ), Andrian Harefa, La Rose, dsb.

Buku hobi (hobby book). Jenis buku ini termasuk yang cukup banyak dibaca, melingkupi buku olahraga, permainan, musik, memasak, dsb.

Buku biografi dan auto biografi (biographies & auto biographies book). Biasanya seseorang yang tertarik dengan perjalanan hidup sang tokohnya, ia akan mencari buku jenis ini. Baik yang ditulis orang lain (biografi) atau pengarang menulis kisah dirinya sendiri (auto biografi).

Buku teks (text book). Pembaca jenis buku ini sangat tinggi di Indonesia, jutaan pelajar akan memilikinya sebagai pemenuhan kebutuhan proses belajar mengajar di sekolah sebagai referensi tambahan atas buku-buku yang sudah ada.

Buku referensi (reference books). Kamus ensiklopedi, buku pintar termasuk dalam jenis ini.

Akhirnya efektif atau tidaknya membaca buku sangat dipengaruhi oleh seberapa besar sikap, pemahaman dan pendalaman atas materi yang terkandung di dalamnya. Rasanya tidak berlebihan ketika Mizan mencantumkan dalam logonya “Buku adalaha setetes ilmu”. Dengan demikian membaca buku berarti pula memperkaya khazanah ilmu.

Selamat membaca dan memperkaya khazanah pemikiran. Peace ajah…