Jumat, Oktober 09, 2009

Hingga Perbatasan Subuh

Hingga cicit-cicit Perkutut gemerecak
membangunkan daun-daun ranting pepohonan
yang masih terlelap
dalam sepoi malam yang menidurkannya

Di perbatasan subuh dan selimut peristirahatan,
aku masih saja menggali-gali nurani
akankah ada pertemuan, kemudian penyatuan?
sebagaimana yang aku dambakan

Di gegaungan adzan yang menelusupi, membisiki telingaku,
terlantun hakikat ayat-ayat perihku
di atas pergelaran sajadah yang aku hamparkan di lantai khusyuk ini
Sembari mulutku mengurai firma-firman suci tiada henti

Subuh perlahan-lahan beranjak meninggalkan kelengangan fajar
tapi aku masih saja terdiam di kibaran sajadahku,
hingga mentari melambaikan senyumnya,
namun itu semua tetap saja tak bisa menggantikan
gundah-gundahku yang sudah tergali dalam-dalam

Lalu aku bisikkan suara lewat sebening embun pada mentari
agar segera tenggelam kembali
dan digantikan rembulan
meski nanti…
malam hanya nampak sebentuk celurit pagi

*Sumber : Majalah Muslimah. Tahun 1. Edisi 06 Dzulqoidah 1423H. Januari 2003. Dan “Selubung Air Mata Cinta” (Antologi Puisi) oleh Warsono (My Real Name)

Tidak ada komentar: