Jumat, Oktober 23, 2009

Nila Gagal Menjadi Menteri Gara-Gara Rokok?


Berita dan isu mengenai kegagalan calon Menteri Kesehatan, Nila Juwita Alfansa Farid Moeloek terus berkembang. Di Metro TV pun, dalam acara yang selalu ditayangkan pagi-pagi dalam bedah editorial Media Indonesia, banyak penelpon yang berkomentar dan mempertanyakan macam-macam mengenai kegagalan Nila untuk menjadi Menteri Kesehatan tersebut.

Sedikit mengulas bedah editorial Media Indonesia di Metro TV. Disebutkan bahwa Nila adalah seorang guru besar UI dan dokter spesialis dokter mata yang sudah berpengalaman sebagai dokter yang prakter dan terjun langsung di lapangan. Juga sebagai seorang guru besar. Nila sudah sangat terbiasa dengan besarnya tekanan yang dihadapinya setiap kali berkecimpung di dunianya. Dan selama ini pula Nila selalu bisa mengatasi berbagai masalah dengan baik. Jadi apabila alasannya adalah Nila kemungkinan tidak tahan terhadap tekanan dan stress, saya pikir adalah argumentasi yang perlu dibuktikan terlebih dahulu.

Banyak hal yang bisa ditempuh oleh SBY sebagai Presiden untuk membuktikan kegagalan Nila menjadi Menteri Kesehatan. Salah satu dengan membuktikan hasil jejak rekam medis yang sudah dilalui Nila. Mempertegas status Nila, menerangkan persyaratan apa yang gagal ditempuhnya.

Pencitraan yang demikian terhadap ketidaktahanan seseorang yang dicalonkan sebagai seorang Menteri dalam mengelola stess adalah sangat absurd. Tentunya Presiden SBY sudah mengetahui banyak tentang latar belakang orang-orang yang akan dicalonkan sebagai pembantunya tersebut. Maka satu hal yang muskil apabila dikatakan Nila orang yang tidak tahan stress.

Setidaknya ini adalah penilaian yang dilatar belakangi dari aktifitas yang dilakukan oleh Nila sehari-hari. Sebagai seorang guru besar. Penggiat Dharma Wanita dan lain-lain.

Muncul dugaan lain, bahwa kegalalan Nila menjadi Menteri Kesehatan adalah karena factor X. Misalnya tekanan asing terhadap SBY. Faktor tekanan dari pengusaha rokok. Kita ketahui bersama suami dari Nila adalah Farid Moeloek, seorang mantan Menteri Kesehatan. Sekarang ini Farid aktif dalam kegiatan pengendalian tembakau dan rokok. Disinyalir apabila Nila menjadi Menteri Kesehatan, maka Nila akan diberlakukan kebijakan yang ketat terhadap tembakau dan rokok.

Ada juga faktor lain yang diperkirakan SBY lebih memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia bersatu jilid 2 ini. Salah satunya adalah kedekatan Endang dengan Namru (Naval Medical Reseach Unit Two). Dengan terpilihnya Endang SBY dapat menghindari tekanan besar dari Amerika.

Untuk membuktikan kapasitas dan kapabilitas Endang sebagai Menteri Kesehatan, minggu depan Komisi IX DPR direncanakan akan memanggil Menkes.

Menurut Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning, "Agenda kita pertama sengaja kita akan panggil mitra kerja kita menkes baru minggu depan, mungkin hari Senin. Kita akan uji kualitasnya bagaimana. Kita akan melihat visi-misinya tentang kesehatan, rakyat miskin. Kalau dia bisa membikin rakyat miskin tidak lagi ditolak di rumah sakit, baru jago. Harus bisa melaksanakan amanat UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit. Kalau bisa program Siti Fadilah (Menkes sebelumnya) juga bisa diteruskan,"

Ribka berharap Menkes dapat melaksanakan amanat beberapa Undang-undang yang dikawal Komisi IX DPR sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan semangat DPR menyamakan hak masyarakat atas pelayanan kesehatan.

Sekarang mari kita lihat, apakah SBY berani mengungkapkan hal-hal yang dapat dibuktikan secara fakta, apa saja yang mengganjal Nila sebagai calon Menteri Kesehatan. Dan apakah Endang sebagai Menteri Kesehatan yang baru dapat lebih baik kinerjanya dari Menteri sebelumnya Siti Fadilah Supari.

So, we wait and see...and do your job with your best! Wahai Menteri Kesehatan yang baru.

Link 1; 2; 3

Tidak ada komentar: