Jumat, Agustus 28, 2009

Buka Puasa Ramadlan dengan Semangka Busuk

Sekitar tahun 80-an. Sebenarnya waktu itu kami masih duduk di sekolah dasar. Kebetulan kami terlahir dari keluarga dan lingkungan yang cukup agamis. Kami sering bepergian bertiga, jalan-jalan bertiga, bahkan makan-makan pun bertiga.

Meski kami waktu itu masih SD, pelajaran puasa sudah biasa ditanamkan oleh keluarga untuk selalu puasa penuh selama sebulan Ramadlan. Kami berusaha selalu taat menjalankan ibadah di bulan suci penuh rahmah, barakah dan ampunan ini.

Ramadlan di tahun 80-an tersebut sedang memasuki bulan di mana kemarau sedang teriknya. Karena kami sering berpetualang bertiga, tidak salah juga kami jalan-jalan mengelilingi daerah yang sedang diadakan panen semangka. Sambil menyusuri jalanan yang penuh dengan kebun semangka, kami membayangkan betapa enaknya nanti kalau berbuka jika diawali dengan menyantap buah semangka yang segar dan menggoda.

Rupanya hawa nafsu mengatakan lain, “mendingan sekarang saja makan buah semangka segarnya, daripada nanti kehabisan dan tidak kebagian, rugilah kita semua tidak bisa merasakan kenikmatannya”. Begitulah kira-kira hawa nafsu berbicara.

Mungkin perasaan hati kami bertiga pada saat itu tidaklah jauh berbeda dalam membayangkan nikmatnya semangka. Keberanian untuk melanggar komitmen berpuasa rupanya terkalahkan oleh rayuan buah semangka tersebut. Salah satu dari kami mengajak membeli dan menikmatinya secara langsung. Awalnya Saya dan temen saya yang satunya lagi agak ragu-ragu untuk mengatakan iya, tapi…ya itu tadi godaan buah semangka dan hawa nafsu yang besar mengalahkannya.

Hari itu kami sukses menikmati kesegaran buah semangka yang membatalkan puasa kami.

Sore hari, kami biasa pulang ke rumah masing-masing, dan tetap berlaga kalau kami seperti orang yang sedang berpusa kebanyakan. Orang tua dan keluarga kami tidak ada yang tahu. Sehingga besoknya pun kita coba mengulanginya lagi, dan tidak ketahuan pula. Hingga muncul niatan untuk yang ke tiga kalinya.

Nah…pas yang kegiatan yang ke tiga kalinya inilah, kami mengalami hal yang mengecewakan, ternyata semangkanya pada busuk. Kami mencoba memilih yang lain ternyata busuk juga. Akhirnya kami menyerah.

Sore harinya, Kami pun pulang kembali sambil berdiskusi. Mungkin ini adalah peringatan dari Allah, karena kita telah membatalkan puasa dengan cara yang tidak jujur. Lho…iya dong sudah berdosa tidak berpuasa ditambah lagi berbohong pada keluarga mengaku tetap berpuasa.

Ternyata banyak cara yang Allah dapat tunjukkan pada kita agar segera bersadar diri dan segera memperbaiki kesalahan yang kita perbuat. Alhamdulillah Allah masih memberikan hidayah-Nya pada kami, sehingga kami segera tersadar dan bertaubat untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi.

Wallahu’alam.

Tidak ada komentar: