Jumat, Mei 15, 2009

BERITA KEBENARAN NABI MUHAMMAD. SAW DALAM AL-QUR’AN DAN AL-KITAB (2)

Menyimak dan mencermati penelitian yang telah dibukukan oleh Michael. H. Hart itu, ada kesepadanan yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an, dan hal ini sama sekali tdak diketahui dan disadari oleh Michael. H. Hart sendiri, bahwa Al-Qur’an telah menerangkan begitu gamblang yang tersurat dalam Al-Ahzab ayat 21, bahwa : “Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”. (Qs. Al-Ahzab : 21).

Tentunya berita yang demikian ini menggembirakan bagi umat islam di Amerika khususnya dan dunia pada umumnya. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan—mengecewakan—umat non muslim (yahudi dan nasrani). Ketika dipertanyakan kepadanya alasan mengenai dipilihnya nabi Muhammad pada urutan no. 1, Michael. H. Haet, mengutarakan argumentasinya :
“Meskipun jumlah orang Kristen lebih banyak dari umat islam di dunia ini. Mungkin kelihatannya aneh bahwa Muhammad berada di urutan lebih tinggi dibanding Yesus. Ada dua alasan mengenai hal tersebut :
Pertama, Muhammad memegang peranan lebih penting dalam pengembangan islam dibanding peranan Yesus dalam pengembangan Kristen, meskipun yang bertanggung jawab terhadap ajaran tata susila dan moral Kristen (sejauh ini berbeda dengan ajaran yahudi). St. Paul-lah yang mengembangkan agama Kristen, penyebar dan penulis sebagian besar dari kitab perjanjian baru.
Kedua, Muhammad bagaimanapun juga bertanggung jawab atas agama islam, ajaran tata susila dan prinsip moral. Selain itu, dia-lah yang memegang kunci utama dalam penyebaran agama islam dan membangun peradaban islam.” (Michael. H. Hart, The 100 : A Ranking of the Most Influential Person in History. Hart publishing inc New York. Tahun 1978. halaman : 38-39).

Mengenai pro dan konfrontasi tentang nabi Muhammad yang notabene sangat dibenci oleh orang-orang di antara yahudi dan nasrani tersebut, seorang yahudi, Profesor, Psykoanalis dari Chicago Amerika Serikat, Jules Masserman pun, memberikan komentarnya tentang ketokohan Muhammad. Dia memberikan suatu gambaran dengan jujur, meski dengan pengakuannya tersebut dia menegaskan bukan berarti secara otomatis dia berganti keyakinan, bahwa Muhammad merupakan tokoh dunia yang sangat popular dan berpengaruh besar dalam sejarah perkembangan sosial, budaya dan agama. Hal ini tentunya dapat dijelaskan bahwasanya umat muslim sangat taklid sekali dalam mengaktualisasikan setiap kata-kata dan perbuatan Muhammad, bahkan setiap apa yang diucapkan dan dilakukan oleh seorang Muhammad oleh umat islam dijadikan hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dari sinilah Jules Masserman, menempatkan Muhammad dalam posisi terpenting selama abad dunia berlangsung.

Sebelum menempatkan Muhammad pada posisi yang sedemikian tinggi, tentunya Masserman mempunyai dan menerapkan kategori terlebih dahulu untuk memberikan kejelasan yang lebih logis. Dia membuat tiga kategori sebagai syarat pemimpin teragung dan paling berpengaruh, kategori tersebut adalah :

1. Seorang pemimpin yang mampu menyediakan kesejahteraan yang nyaman bagi para pengikut/rakyatnya.
2. Seorang pemimpin yang mampu menyediakan organisasi yang mapan tempat bernaung bagi umat sehingga organisasi tersebut dapat melindungi berbagai kepentingannya dalam kehidupan sosial.
3. Seorang pemimpin yang mampu menyediakan dan atau mengikat kepercayaan serta kesetiaan.

Dengan begitu, Masserman melanjutkan, mungkin Hitler, Stalin hanya masuk dalam kategori kedua. Sedangkan Yesus, Buddha, mungkin lebih cocok berada dalam kategori pertama atau ketiga saja. Sedangkan pemimpin yang mempunyai kategori lengkap seperti yang telah disebut, mungkin orang yang pantas berada pada puncaknya adalah Muhammad, untuk kategori yang sama, mungkin Musa berada di urutan kedua.

Berita lebih lanjut mengenai ketokohan serta pengaruh Muhammad, dapat pula kita simak dan baca pada salah sebuah majalah terpopuler di Amerika Serikat yaitu New York times, edisi 15 Juli 1974.

Maka benarlah apa yang difirmankan Allah tentang keagungan nabi Muhammad. SAW dalam Al-Qur’an Al-Karim : “Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama—Muhammad) mu.” (Qs. Alam Nasyrah : 4).

Dengan berbagai penjelasan yang telah dikemukakan di muka, jelaslah kita umat islam yang hidup berdiri pada peradaban zaman sekarang ini tidak terlepas dari tokoh sentral yang bernama Muhammad, sang Al-Amin. Melalui beliaulah setiap detail ajaran islam disampaikan kepada para sahabat, tabi’in hingga sampai kepada kita dan umat di seluruh penjuru bumi.

Toleransi dalam rukun iman
Di dalam islam kita mengenal beberapa rukun, yang paling popular—bahkan di mata umat awwam sekalipun—yaitu rukun islam dan rukun iman. Terdapat suatu ajaran yang sangat toleran dan menghargai keberadaan agama samawi lain, yaitu dengan mewajibkan penganut agama islam meyakini/mempercayai kebenaran—keberadaan kitab-kitab Allah yang diturunkan melalui para rasul pilihan-Nya (dalam hal ini kitab versi yang asli, bukan yang ada dan beredar saat ini), tak terkecuali dengan para utusannya sendiri. Hal ini tercermin dari rukun iman yang wajib di-ejawantahkan oleh umat islam. Rukun iman sebagaimana kita pahami bersama ada enam perkara yang yang tidak boleh tidak harus diimani oleh seorang muslim yaitu : iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, iaman kepada Qodlo dan Qodhar, serta iman kepada hari akhir/kiamat.

Dan kehadiran nabi Muhammad di tengah-tengah kekhalifahan manusia di muka bumi adalah salah satunya membawa misi keimanan yang luas, yang tidak dangkal. Nabi Muhammad membawa pesan yang baik dan memberikan sikap perilaku baik yang menjadi landasan contoh bagi seluruh umat. Orang islam diperintahkan untuk mengimani adanya kitab-kitab Allah yang lain, selain Al-Qur’an yang menjadi pegangan bagi seorang muslim. Kitab-kitab Allah yang telah diturunkan sebelumnya tersebut di antaranya ; kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi daud. As, kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa. As, dan kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa. As, sang mesias.

Oleh karena nabi Muhammad pula ajaran/syari’at dan kitabullah yang lain mendapatkan pembenaran atas risalahnya, akan tetapi setelah datangnya Al-Qur’an, seluruh umat manusia wajib mengikuti perintah yang terkandung di dalamnya, karena Al-Qur’an telah menyempurnakan syari’at yang dibawa para nabi dan kitab-kitab sebelumnya. Maka secara otomatis akidah yang wajib diikuti saat ini hanyalah Al-Qur’an.

Tidak ada komentar: